Tuesday, April 1, 2014

Istilah-istilah Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar)2 .Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan latar belakang dari permasalahan sebagai berikut:
1.   Pengertian dari akhlak?
2.   Apa saja macam-macam dari akhlak terpuji?
3    Bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?
C.      Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.      Sebagai bentuk penyelesaian tugas mata kuliah Pen didikan Agama Islam.
2.      Untuk menjelaskan macam-macam akhlak terpuji yang dianjurkan dan di ridhoi Allah SWT serta penerapannya di kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat penulisan
Penyusunan berharap makalah ini mampu menambah wawasan pembaca mengenai akhlak terpuji yang di ridhoi Allah SWT dan Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang mampu menambah iman para pembaca.
BAB II
A.Pengertian akhlak
Diterjemah dari kitab Is’af thalibi Ridhol Khllaq bibayani Makarimil Akhlaq.Akhlak adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani.Dimana dengan gambaran itulah manusia dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari kiamat nanti.
Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan manusia,kata khuluk lawan kata dari kholq.
Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan akhlak.Akhlak merupakan etika perilaku manusia terhadap manusia lain,perilaku manusia dengan Allah SWT maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup.
Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah Al-Qur’an dan Hadist serta berlaku universal.
B.Macam-macam akhlak terpuji
Akhlakul karimah(sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya,diantaranya adalah husnuzzan,gigih,berinisiatif,rela berkorban,tata karma terhadap makhluk Allah,adil,ridho,amal shaleh,sabar,tawakal,qona’ah,bijaksana,percaya diri,dan masih banyak lagi.
Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive thinking.Lawan dari kata ini adalah su’uzzan yang artinya berprasangka buruk ataup negative thinking.
Gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni percaya akan hasil positif dalam segala usaha.
Berinisiatif adalah perilaku yang terpuji karena sifat tersebut berarti mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta menhindarkan sikap terburu-buru bertindak kedalam situasi sulit,bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa menunggu perintah,dan selalu menggunakan nalar ketika bertindak di dalam berbagai situasi guna kepentingan masyarakat.
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki demi sesuatu atau demi seseorang.Semua ini apabila dengan maksud atau dilandasi niat dan tujuan yang baik.
Tata karma terhadap sesama makhluk Allah SWT  ini sangat dianjurkan kepada makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran Allah kepada kaumnya.
Adil dalam bahasa arab dikelompokkan menjadi dua yaitu kata al-‘adl dan al-‘idl.Al-‘adl adalah keadilan yang ukurannya didasarkan kalbu atau rasio,sedangkan al-‘idl adalah keadilan yang dapat diukur secara fisik dan dapat dirasakan oleh pancaindera seperti hitungan atau timbangan.
Ridho adalah suka,rela,dan senang.Konsep ridho kepada Allah mengajarkan manusia untuk menerima secara suka rela terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita.
Amal Shaleh adalah perbuatan lahir maupun batin yang berakibat pada hal positif atau bermanfaat.
Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.
Qona’ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan..
Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain.
Percaya diri adalah keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki kelebihan baik itu kelebihan postur tubuh,keturunan,status social,pekerjaan ataupun pendidikan.
1). Akhlak kepada Pencipta
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah Taubat.Taubat secara bahasa berarti kembali pada kebenaran.Secara istilah adalah meninggalkan sifat dan kelakuan yang tidak baik,salah atau dosa dengan penuh penyesalan dan berniat serta berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang serupa.Dengan kata lain,taubat mengandung arti kembali kepada sikap,perbuatan atau pendirian yang baik dan benar serta menyesali perbuatan dosa yang sudah terlanjur dikerjakan.
# Menurut Ibnu Katsir
Taubat adalah Tobat adalah menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan menyesali atas dosa yang pernah dilakukan pada masa lalu serta yakin tidak akan melakukan kesalahan yang sama pada masa mendatang.
# Menurut A.Jurjani
Tobat adalah kembali pada Allah dengan melepaskan segala keterikatan hati dari perbuatan dosa dan melaksanakan segala kewajiban kepada Tuhan.
# Menurut Hamka
Tobat adalah kembali ke jalan yang benar setelah menempuh jalan yang sangat sesat dan tidak tentu ujungnya.
2). Akhlak terhadap Sesama
Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak terlepas berbicara masalah kehidupan.Masalah dan tujuan hidup adalah mempertahankan hidup untuk kehidupan selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan mengatasi masalah hidup.Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun kemerdekaan seseorang untuk bebas berekspresi,berkarya.Kehidupan adalah saling berketergantungan antara sesama makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik bersumber dari norma kesepakatan ataupun norma-norma agama,karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih mewmahami apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan makhluk lainnya.
Dalam aklak terhadap sesama dibedakan mnjadi dua macam      :
@ Akhlak kepada sesama muslim.
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau merupakan guru besar umat Islam yang harus diketahui dan patut ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist yang artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.Yang dimaksud akhlak yang mulia adalah akhlak yang terbentuk dari hati manusia yang mempunyai nilai ibadah setelah menerima rangsangan dari keadaan social.Karena kondisi realitas social yang membentuk hadirnya karakter seseorang untuk menggapai sebuah keadaan.Contohnya:ketika kita ingin di hargai oleh orang lain,maka kewajiban kita juga harus menghargai orang lain,menghormati orang yang lebih tua,menyayangi yang lebih muda,menyantuni yang fakir karena hal itu merupakan cirri-ciri akhlak yang baik dan terpuji.Contoh lain yang merupakan akhlak terpuji antar sesame muslim adalah menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita tersinggung bahkan lebih menyakitkan lagi ketika kita berbicara hanya dengan melalui bisikan halus ditalinga teman dihadapan teman-teman yang lain,karena itu merupakan etika yang tidak sopan bahkan diharamkan dalam islam.
@ Akhlak kepada sesama  non muslim
Akhlak antara sesama non muslim,inipun diajarkan dalam agama karena siapapun mereka,mereka adalah makhluk Tuhan yang punya prinsip hidup dengan nilai-nilai kemanusiaan.Namun sayangnya terkadang kita salah menafsirkan bahkan memvonis siapa serta keberadaan mereka ini adalah kesalahan yang harus dirubah mumpung ada waktu untuk perubahan diri.Karena hal ini tidak terlepas dari etika social sebagai makhluk yang hidup social.Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bias dicampur adukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain,apalagi masalah keyakinan yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan social karena dalam kehidupan ada namanya etika social.Berbicara masalah etika social adalah tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup,berkarya hidup dan lain-lain.Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka,ketika upacara keagamaan sedang berlangsung ,mereka hidup dalam minoritas sekalipun.Memberi bantuan bila mereka terkena musibah atau lagi membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik dalam kehidupan non  muslim.
@ Kesimpulan Akhlak Kepada Sesama
Setelah menelaah dan memahami akhlak kepada sesama sebagai kesimpulannya adalah sesungguhnya dalam kehidupan,kita tidak terlepas dari apa yang sudak ada dalam diri kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah akhlak.Karena akhlak adalah salah satu predikat tang disandang oleh manusia akhlak akan berjalan setelah manusia itu sendiri berada dalam alam social.Baik dan buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani hidup,apakah membentuk karakternya dengan akal atau dengan hati karena keduanya adalah sumber.Jadi kesimpulan akhlak antar sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang dilakukan punya nilai ibadah .
Dengan demikian orang yang berakal dan beriman wajib untuk mengerahkan segala kemampuannya untuk meluruskan akhlaknya dan berperilaku dengan perilaku yang dicintai Allah SWT.Serta melaksanakan maksud dan tujuan dari terutusnya baginda Rasullulah SAW yang bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan Akhlak”
Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa: kesempurnaan akhlak yang hanya untuk itu Rasullulah diutus,merupakan ukuran baik dan tidaknya seseorang baik di dunia ini atau di akhirat nanti.Oleh karena itu wajib bagi setiap kaum muslimin agar budi pekertinya.Baik kepada dirinya,keluarga,dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
3). ADIL
Pengertian adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.Adil juga berarti tidak berat sebelah,tidak memihak.Dengan demikian berbuat adil adalah memerlukan hak dan kewajiban secara seimbang tidak memihak dan tidak merugikan pihak manapun.Sebagai contoh seseorang yang adil akan melaksanakan tugas sesuai fungsi dan kedudukannya,menghukum orang yang bersalah melakukan tindak pidana,membarikan hak orang lain sesuai dengan haknya tanpa mengurngi sedikitpun.
Firman Allah di dalam Al-Qur’an yang mamarintahkan berbuat adil antara lain:
Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 8
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Berlaku adil harus diterapkan kapada siapa saja tanpa membedakan suku,agama atau status sosial.Bahkab perlaku adil diterapkan kepada keluarga dan kerabat sendiri.Sebagaimana firman Allah berikut ini
Al-Qur’an surat An-nisa Ayat 135
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia[361] kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada hambanya yang beriman supaya menjadi orang yang benar-benar menegakkan keadilan ditengah masyarakat.Berani menjadi saksi akrena Allah,walaupun yang menjadi tergugat dan terdakwa adalah diri sendiri,orang tua dan kerabat.
Oleh karena itu hukum harus diterapkan secara adil kepada semua masyarakat,karena sekali ada pihak yang merasa dizalimi dengan cara diperlakukan secara tidak adil,maka akan menimbulkan gejolak.Firman Allah lain tentang dali terdapat dalam surat An Nahl ayat 90
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku ADIL dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu daoat mengambil pelajaran.
4). RIDHO
Ridho menurut bahasa artinya rela,sedangkan menurut istilah ridha artinya menerima dengan senang hati segala sesuatu yang diberikan Allah SWT.Yakni berupa ketentuan yang telah ditetapkan baik berupa nikmat maupun saat terkena musibah.Orang yang mempunyai sifat tidak mudah bimbang,tidak mudah menyesal ataupan menggerutu atas kehidupan yang diberikan olaeh Allah,tidak iri hati atas kelebihan orang lain,sebab dia berkeyakinan bahwa semua berasal dari Allah SWT,manusia hanya berusaha.Ridho bukan ebrarti menyerah tanpa usaha namanya putus asa.Dan sikap putus asa tidak dibenarkan dalam agama islam.
Firman Allah dalam Al-qur’an surat A-baqarah ayat 153
Artinya:
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu
Bagaimanakah caranya agar seseorang bisa memunculkan rasa ridho ketika menerima kenyataan pahit yang tidak dikehendaki?Caranya yang paling jitu adalah dengan menyadari bahwa Allah SWT maha adil dan bijaksana dalam setiap ketetapan dan keputusannya.hendaklah seseorang yakin bahwa Allah tidak pernah salah dalam memutuskan suatu hal.
Sebenarnya sikap ridho adalah perasan hati yang senantiasa merasa bahagia ketika menerima takdir baik apapun.Melalui sikap ridho seseorang akan mudah bersabar menghadapi berbagai macam cobaan.
Ridho mencerminkan puncak ketenangan jiwa seseorang.Orang yangtelah menempati tingkatan ridho tidak akan mudah tergoncang apapun yang dihadapinya.Baginya apapun yang terjadi dialam ini merupakan kodrat atau kekuasaan dan irodat kehendak Allah.Segalanya harus diterima dengan rasa tenang danikhlas karena hal tersebut adalah pilihan Allah SWT yang berarti pilihan terbaik.
5). AMAL SHALIH
Amal berasal dari bahasa arab yang terbantuk masdar yaitu ya’mal yang artinya segala pekerjaan atau perbuatan.Sedangkan shalih artimya bagus.Amal shalih  berarti segala perbuatan/pekerjaan yang bagus yang berguna bagi pribadi,keluarga,masyarakat dan manusia secara keseluruhan.Kebalikan dari amal shalih adalah amalan sayyi’an atau amal jelek yaitu perbuatan yang mendatangkan madhorot,baik bagi pelaku maupun orang lain.
Secara garis besar amal shalih dapat dibagi dua macam:
1.                   Amal shalih yang bersifat vertikal,dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual kepada Allah SWT
2.                   Amal shalih ag bersifat horisontal yakni segala bentuk aktivitas sosial kemasyarakatan,bentuk politik yang diniati untuk bekal kehidupan alam akhirat.
Islam merupakan agama yang sama sekali tidak membadakan nilai ibadah yang terkandung dalam amal shalih yang barsifat vertikal maupum horisontal.Karena islam menghendaki umatnya menjadi penganut agama yang memiliki kedua keshalihan tersebut yaitu keshalihan individual setelah menunaikan amal shalih vertikal dan sekaligus manjadi anggota masyarakat yang memiliki keshalihan sosial setelah melakukan amal shalih horisontal.
Perintah Allah agar kita mangerjakan amal shalih terdapat dalam Ai-Qur’an anara lain:
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 82
Artinya:
Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
  • Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah
  • Akhlakul karimah(sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya,diantaranya adalah husnuzzan,gigih,berinisiatif,rela berkorban,tata karma terhadap makhluk Allah,adil,ridho,amal shaleh,sabar,tawakal,qona’ah,bijaksana,percaya diri,dan masih banyak lagi.
  • Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah Taubat.

Bentuk dan Macam-macam Akhlak

Bentuk dan Macam-macam Akhlak
Beberapa sasaran Akhlak [baca juga: Hakikat dan Pengertian Akhlak], yakni :

a.    Akhlak terhadap Allah SWT
Akhlak terhadap Allah SWT adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat – sifat terpuji. Demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikat_Nya.
b.    Akhlak terhadap manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam larangan melakukan hal negatif seperti membunuh, menyakiti atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakngnya, tidak peduli aib itu benar atau salah. Al-Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Nabi Muhammad SAW, misalnya dinyatakan sebagai manusia seperti manusia yang lain. Namun dinyatakan sebagai manusia seperti manusia yang lain, akan tetapi dinyatakan pula bahwa beliau adalah rasul yang memperoleh wahyu dari Allah SWT. Atas dasar adalah beliau berhak memperoleh penghormatan melebihi manusia lain.
c.    Akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan oleh Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifaan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam. Kekhalifaan juga mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Menurut Soegarda Purbakawatja, ada tiga aspek pokok yang memberi corak khusus akhlak seorang muslim menurut ajaran Islam, yakni :
  1. Adanya wahyu Allah yang memberi ketetapan kewajiban-kewajiban pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim, yang mencakup seluruh lapangan hidupnya, baik yang menyangkut tugas-tugas terhadap Tuhan, maupun terhadap masyarakat. Dengan ajaran kewajiban ini menjadikan seorang muslim siap berpartisipasi dan beramal saleh, bahkan bersedia mengorbankan jiwanya demi terlaksananya ajaran agamanya.
  2. Praktek ibadah yang harus dilaksaanakan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong tiap-tiap orang muslim untuk memperkuat rasa berkelompok dengan sesamanya secara terorganisir.
  3. Konsepsi Al-qur’an tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara harmonis dan seimbang dibawah perlindungan Tuhan. Ajaran ini juga akan mengukuhkan konstruksi kelompok (Soegarda Purwakawatja, 1976:9).
Waso’al Dja’far, menerangkan sifat – sifat seorang muslim adalah, sebagai berikut :
  1. Siddiq, lurus dalam perkataan, lurus dalam perbuatan.
  2. Amanah, jujur, boleh dipercaya tentang apa saja.
  3. Sabar, takan menanggung barang atau perkara yang menyusahkan, tahan uji.
  4. Ittihad, bersatu didalam mengerjakan kebaikan dan keperrluan.
  5. Ihsan, berbuat baik kepada orang tuanya, kepada keluarganya dan kepada siapapun.
  6. Ri’yatul Jiwar, menjaga kehormatan tetangga-tetangga.
  7. Wafa ‘bil ahdi, memenuhi dan menepati kesanggupan atau perjanjian.
  8. Tawasau bil haq, pesan memesan, menepati dan memegang barang hak atau kebenaran.
  9. Ta’awun, tolong menolong atas kebaikan.
  10. Athfi ‘alad-dla’if, sayang hati kepada orang-orang yang lemah dan papa.
  11. Muwasatil faqier, menghiburkan hati orang fakir atau miskin.
  12. Rifqi, berhati belas kalian sehingga kepada hewan sekalipun (Waso’al Dja’far, Addien, 1951:25).
Demikianlah sifat-sifat yang wajib dimiliki oleh tiap-tiap pribadi muslim. Jika sifat-sifat ini telah dimiliki oleh pribadi muslim, dengan demikian akan dapat menentukan kualitas dirinya/akhlak dan perilaku

Akhlak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.[1]
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.[2]
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.[3]

Daftar isi

[sunting] Definisi

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja.[4] Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat.[2] Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.[2]
Dalam Encyclopedia Brittanica[5], akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.[2]

[sunting] Syarat

Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.[2]
  1. Perbuatan yang baik atau buruk.
  2. Kemampuan melakukan perbuatan.
  3. Kesadaran akan perbuatan itu
  4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk

[sunting] Sumber

Akhlak bersumber pada agama.[2] Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.[2] Pembentukan peragai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya.[2] Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.[2] Para ahli seperti Al Gazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.[2]
Tolong-menolong merupakan salah satu akhlak baik terhadap sesama

[sunting] Budi pekerti

Budi pekerti pada kamus bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti [1]. Budi berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran.[2] Pekerti berarti kelakuan.[2] Secara terminologi, kata budi ialah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut dengan nama karakter.[2] Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behavior.[2] Jadi dari kedua kata tersebut budipekerti dapat diartikan sebagai perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.[2] Penerapan budi pekerti tergantung kepada pelaksanaanya.[2] Budi pekerti dapat bersifat positif maupun negatif.[2] Budi pekerti itu sendiri selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Budi pekerti didorong oleh kekuatan yang terdapat di dalam hati yaitu rasio.[2] Rasio mempunyai tabiat kecenderungan kepada ingin tahu dan mau menerima yang logis, yang masuk akal dan sebaliknya tidak mau menerima yang analogis, yang tidak masuk akal.[2]
Selain unsur rasio di dalam hati manusia juga terdapat unsur lainnya yaitu unsur rasa.[2] Perasaan manusia dibentuk oleh adanya suatu pengalaman, pendidikan, pengetahuan dan suasana lingkungan.[2] Rasa mempunyai kecenderungan kepada keindahan [2] Letak keindahan adalah pada keharmonisan susunan sesuatu, harmonis antara unsur jasmani dengan rohani, harmonis antara cipta, rasa dan karsa, harmonis antara individu dengan masyarakat, harmonis susunan keluarga, harmonis hubungan antara keluarga.[2] Keharmonisan akan menimbulkan rasa nyaman dalam kalbu dan tentram dalam hati.[2] Perasaan hati itu sering disebut dengan nama “hati kecil” atau dengan nama lain yaitu “suara kata hati”, lebih umum lagi disebuut dengan nama hati nurani.[2] Suara hati selalu mendorong untuk berbuat baik yang bersifat keutamaan serta memperingatkan perbuatan yang buruk dan brusaha mencegah perbuatan yang bersifat buruk dan hina.[2] Setiap orang mempunyai suara hati, walaupun suara hati tersebut kadang-kadang berbeda. [6]. Hal ini disebabkan oleh perbedaan keyakinan, perbedaan pengalaman, perbedaan lingkungan, perbedaan pendidikan dan sebagainya. Namun mempunyai kesamaan, yaitu keinginan mencapai kebahagiaan dan keutamaan kebaikan yang tertinggi sebagai tujuan hidup.[2]

[sunting] Karsa

Dalam diri manusia itu sendiri memiliki karsa yang berhubungan dengan rasio dan rasa.[2] Karsa disebut dengan kemauan atau kehendak, hal ini tentunya berbeda dengan keinginan.[2] Keinginan lebih mendekati pada senang atau cinta yang kadang-kadang berlawanan antara satu keinginan dengan keinginan lainnya dari seseorang pada waktu yang sama, keinginan belum menuju pada pelaksanaan.[2] Kehendak atau kemauan adalah keinginan yang dipilih di antara keinginan-keinginan yang banyak untuk dilaksanakan.[2] Adapun kehendak muncul melalui sebuah proses sebagai berikut[7]:
  • Ada stimulan kedalam panca indera
  • Timbul keinginan-keinginan
  • Timbul kebimbangan, proses memilih
  • Menentukan pilihan kepada salah satu keinginan
  • Keinginan yang dipilih menjadi salah satu kemauan, selanjutnya akan dilaksanakan.
Perbuatan yang dilaksanakan dengan kesadaran dan dengan kehendaklah yang disebut dengan perbuatan budi pekerti.[1]

[sunting] Moral

Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral berasal dari bahasa latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk [8]. Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika, yakni Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika [9]. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia [10].

[sunting] Pembagian Akhlak

[sunting] Akhlak Baik (Al-Hamidah)

[sunting] 1. Jujur (Ash-Shidqu)

[sunting] 2. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)

[sunting] === 3. Malu (Al-Haya')

[sunting] 4. Rendah hati (At-Tawadlu')

[sunting] 5. Murah hati (Al-Hilmu)

[sunting] 6. Sabar (Ash-Shobr)

Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya, berkata, "Rasulullah SAW. bersabda", "Ketika Allah mengumpulkan segenap makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah Penyeru", "Di manakah itu, orang-orang yang utama (ahlul fadhl) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl)". "Apa keutamaan kalian ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun tetap bermurah hati". Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". Setelah itu menyerulah lagi penyeru, :"Di manakan itu, orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang sabar (ahlush shabr). "Kesabaran apa yang kalian maksud ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". (Hilyatul Auliyaa'/ Juz III/ Hal. 140)

[sunting] Akhlak Buruk (Adz-Dzamimah)

[sunting] Ruang Lingkup Akhlak

[sunting] Akhlak pribadi

Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.[1]

[sunting] Akhlak berkeluarga

Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.[1]
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati.[1] Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat.[1] Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu.[1] Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan.[1]

[sunting] Akhlak bermasyarakat

Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.[1]
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.[1]

[sunting] Akhlak bernegara

Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.[1]

[sunting] Akhlak beragama

Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.[1]

[sunting] Referensi

1.       ^ a b c d e f g h i j k l m Ahmad A.K. Muda. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisher. Hal 45-50
2.       ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae Mubarak, Zakky, dkk. 2008. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi, Buku Ajar II, Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan Masyarakat. Depok: Lembaga Penerbit FE UI.Hlm. 20-39
3.       ^ Rahmat Djanika, 1992:27
4.       ^ Bertens, K. 2000. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 76
5.       ^ Ensiklopedia Brittanica
6.       ^ Robert C. Solomon. 1985. Introducing Philosophy: A Text with Reading, (third edition), New York: Hacourt Brace Jovanovich, Hlm. 65
7.       ^ C.A, Van Peursen. 1980. Susunan Ilmu Pengetahuan J. Drost, Jakarta:Gramedia, Hlm. 109.
8.       ^ Charles F. Andrain. Kehidupan Politik dan perubahan Sosial, (Terjemahan Luqman Hakim), Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.Hlm 69
9.       ^ Anton Bakker. 1984. Metode-Metode Filsafat, Jakarta: Ghalia Indonesia.Hlm. 48
10.   ^ Irving Copi. 1976. Introduction to Logic, New York: The Miridian Library.Hlm. 27
Artikel ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya

Makalah Akhlaq, Persoalan Akhlaq dan Macam-Macam Akhlaq

Pengertian Akhlaq Mulia (Al-Akhlaq Al-Karimah)

Akhlaq adalah lafadz yang berasal dari bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berasal dari kata khalaq yang berarti menciptakan, yang seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq artinya yang diciptakan, dan kahlq artinya ciptaan.

Dari pengertian tersebut, memberi informasi bahwa akhlaq, selain merupakan tata aturan atau norma-norma perilaku tentang hubungan antara sesama manusia, juga merupakan norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan yang maha pencipta, bahkan hubungan dengan alam sekitarnya.
Adapaun akhlaq menurut  beberapa ulama antara lain, menurut :

# Imam Al-Ghazali 
“Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
# Ibrahim Anis
“Akhlaq adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikir dan dipertimbangkan lebih dahul”.
Dari keempat pengertian di atas dapat dipahami bahwa akhlaq adalah merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang dapat menimbulkan gerakan, perbuatan, tingkah laku secara spontan, gampang atau mudah pada saat dibuthkan tanpa memerlukan pemikiran atau perimbangan terlebih dahulu dan tidak memerlukan dorongan dari luar.

Akhlaq adalah gambaran atau bayangan dari jiwa seseorang, mereka berbuat, bertindak, atau bertingkah laku berdasarkan apa yang tertanam dalam jiwanya dan telah menjadi kebiasaan setiap hari tanpa ada pengaruh atau dorongan dari pihak lain, mereka melakukan secara spontan tanpa pertimbangan pikiran sebelumnya.

Untuk melekatkan akhlaq yang mulia pada diri seseorang, harus terlebih dahulu dilakukan pembersihan diri dari hal-hal sebagai berikut :
  1. Dosa dan kesalahan melalui taubat dan istighfar kepada Allah
  2. Sifat-sifat yang tercela, yang melekat pada dirinya melalui latihan dan pembiasaan yang berkesinambungan
Sumber dan Ruang Lingkup Akhlaq 

Yang dimaksud dengan sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq adalah Al-Qur’an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.

Adapun ruang lingkup akhlaq menurut Abdullah Draz ada lima bagian yaitu :
  • Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang dibolehkan dan Akhlaq dalam keadaan darurat
  • Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang dengan anak, kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
  • Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan Kaedah-kaedah adab.
  • Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat dan hubungan luar negeri.
  • Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
Berangkat dari sistematika di atas, sedikit modifikasi, maka penulis membagi pembahasan akhlaq menjadi :
  • Akhlaq terhadap Allah SWT.
  • Akhlaq terhadap Rasulullah SAW.
  • Akhlaq pribadi
  • Akhlaq dalam keluarga
  • Akhlaq bermasyarakat dan
  • Akhlaq bernegara
Kedudukan dan Keistimewaan Akhlaq dalam Kehidupan 

Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting dalam kehidupan, seperti terlihat dalam beberapa poin berikut ini :

# Rasulullah SAW. Menempatkan penyempurnaan akhlaq, yang mulia sebagai misi pokok Risalah Islam, sebagai sabdanya :
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. (HR. Baihaqi).
Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah pernah mendefinisikan agam dengan akhlaq yang baik, sebagaimana sabda beliau.

Terjemahannya :
“Ya Rasulullah, apakah agama itu ? beliau menjawab : agama itu adalah akhlak yang baik”.
# Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat.

# Rasulullah SAW. Menjadikan baik buruknya akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitasnya.

# Islam menjadikan akhlaw baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.

# Nabi Muhammad SAW. Selalu berdoa agar Allah SWT. Membaikkan akhlaq beliau.

PERSOALAN AKHLAQ

Perbuatan Baik dan Buruk 

Yang dimaksud perbuatan baik adalah :
  • Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan
  • Sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya.
  • Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan
  • Sesuatu dengan sesuai dengan keinginan yang bersifat berfitrah
  • Sesuatu hal yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia.
Adapun yang dimaksud dengan perbuatan buruk adalah :
  • Sesuatu yang tidak baik, tidak seperti seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, di bawah standart, kurang dalam nilai dan tidak mencukupi.
  • Sesuatu yang keji, jahat, tidak bermoral dan tidak menyenangkan
  • Adalah segala sesuatu yang tercela, karena melanggar norma-norma atau aturan-aturan menurut yang ditetapkan oleh syara’ (agama).
Ukuran Baik dan Buruk 

Persepsi Manusia Tentang Baik dan Buruk 

Banyak orang yang berselisih pendapat untuk menilai suatu perbuatan, ada yang melihatnya baik dan ada yang melihatnya buruk. Dpandang baik oleh suatu masyarakat atau bangsa dipandang buruk yang lain. Dipandang baik pada waktu ini dinilai buruk pada waktu yang lain.

Selanjutnya dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain memperhatikan nilai yang mendasarinya, kriteria lain yang harus diperhatikan adalah cara melakukan perbuatan itu. Meskipun seseorang mempunyai niat baik, tetapi lakukan dengan cara yang salah, dia dinilai tercela karena salah melakukannya, bukan tercela karena niatnya. Kadang-kadang tercelanya manusia itu dapat berpangkal dari keyakinan yang salah, bukan karena niatnya.

Dari uraian di muka tentang tingkah laku manusia dapat diketahui bahwa element-element pokok yang perlu diperhatikan padanya adalah :
  • Kehendak (Karsa), yakni sesuatu yang mendorong yang ada di dalam jiwa manusia.
  • Manifestasi dari kehendak, yaitu cara dalam merealisir kehendak tersebut. Barangkali hal ini dapat disamakan dengan ungkapan karya, yakni perbuatan dalam mewujudkan karsa tadi. Kalau karsa dan karya menjadi satu, maka bisa dipastikan adanya aktivitas yang tidak kecil artinya.
Selanjutnya untuk menialai baik buruknya niat dan cara seseorang dalam melakukan perbuatannya haruslah berdasarkan ajaran Islam sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS. An-Nisa (4) :

Terjemahannya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan oramg-orang yang memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan perndapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebi utama bagi kamu dan lebih baik akibatnya”.
MACAM-MACAM AKHLAK

# Akhlak Terpuji

Akhlak Terpuji (al-mahmudah) atau akhlak al-karimah artinya sikap dan sifat yang mulia atau terpuji, yang terkadang disebut dengan budi pekerti yang luhur.

Akhlak mulia suatu sikap atau sifat yang terpuji yang pantas melekat pada diri setiap Muslim, sehingga menjadi orang yang berbudi baik atau luhur dan memiliki karakter yang baik pula.
Indikator dalam akhlak mulia terbagi menjadi berbagai macam diantaranya adalah :

Indikator akhlak mulia adalah sebagai berikut :
  • Shiddiq (benar atau jujur)
  • Al-manah (menyampaikan atau terbuka)
  • Tabligh (menyampaikan atau terbuka)
  • Fathana (cerdas dan cakap)
  • Istiqamah (teguh pendirian)
  • Ikhlas berbuat atau beramal
  • Syukur (menerima baik)
  • Sabar (teguh)
  • Iffah (perwira)
  • Tawadhu’, adalah sikap sabar yang tertanam dalam jiwa untuk dapat mengendalikan hawa nafsu.
  • Syaja’ (berani)
  • Hikmah (bijaksana)
  • Tasamuh (toleransi)
  • Lapang dada
  • Adil
  • Qana’ah
  • Intiqad atau mawas diri
  • Al-Afwu atau pemaaf
  • Anisatun atau bermuka manis
  • Khusyu’ atau tenang dala beribadah
  • Wara’, adalah sikap batin yang tertanam dalam jiwa yang selalu menjaga dan waspada dari segala bentuk perbuatan yang mungkin mendatangkan dosa, baik itu dosa kecil atau dosa besar.
  • Belas kasihan
  • Beriman kepada Allah
  • Ta’awun atau tolong menolong
  • Tadarru atau merendah
  • Shalihah (shaleh)
  • Sakhaa’ (pemurah)
  • Nadhief (bersih)
  • Ihsan
  • Malu (haya)
  • Uswatun hasanah (teladan yang baik)
  • Hifdu Al-Lisan (menjaga ibadah)
  • Hub al-wathan (cinta tanah air)
Akhlak yang tercela

Akhlak tercela adalah semua sifat dan tingkah laku yang berbeda atau berlawanan, bahkan bertentangan dengan sifat-sifat yang telah disebutkan pada bagian terdahulu (akhlak mulia) tersebut di atas.
Jenis akhlak yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
  • Dusta (bohong)
  • Khiyanat (menyia-nyiakan kepercayaan)
  • Hasad (dengki)
  • Iri hati
  • Al-Riya (puji diri)
  • Takabbur (sombong)
  • Al-Tabdzir (boros)
  • Al-Bukhlu (kikir)
  • Bakhil (kikir)
  • Al-Dzulmu (aniaya)
  • Ceroboh
  • Ananiyah
  • Al-Baghyu
  • Al-Buhtaan (bohong)
  • Ingkar janji
  • Al-Kamru
  • Al-Jubnu (pengecut)
  • Al-Fawahisy (dosa yang besar)
  • Saksi palsu
  • Fitnah
  • Al-Israf (hidup berlebih-lebihan)
  • Al-Liwathah (hubungan seksual tidak normal)
  • Al-namimah (adu domba)
  • Al-khufran (kekufuran)
  • Qatlun Nafs (menghilangkan jiwa)
  • Al-Riba (pemakan riba)
  • Al-sikhriyah (berolok-olok)
  • Tanabazu bil al-qad (memberi gelaran yang tidak benar atau berlebihan)
  • Al-Syakhwat (mengikuti hawa nafsu)
  • Dan lain-lain sifat tercela
Dari berbagai kesimpulan di atas kami menarik kesimpulan bahwa akhlak adalah sesuatu sifat yang harus dijaga dan dipelihara, karena merupakan kunci sukses untuk hidup. akhak ialah bunga diri, indah dipandang mata, nikmat dirasa oleh hati dan memberi manfaat. Intinya adalah mencapai keridhaan Allah SWT.
BAB I
PENDAHULUAN
 1.1.        Latara Belakang

Kata akhlaq merupakan bentuk dari kata khuluq dalam bahasa arab mempunyai asal kata yang sama dengan yang khalik (Pencipta, Allah) dan makhluk, semuanya itu berasal dari kata khalaqa (menciptakan). Dengan demikian kata khuluq dan akhlaq tidak hanya mengacu kepada penciptaan atau kejadian manusia melainkan mengacu juga pada konsep penciptaan alam semesta sbagai makhluk.

Dari pengertian etimologis (bahasa) akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesame manusia dengan tuhan dan alam semesta.
Selain itu di dalam kata akhlaq mencakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khalik dengan perilaku makhluk. Artinya tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya disebut mengandung nilai akhlak, manakala tindakan atau perilaku tersebut didasakan kepada kehendak Allah SWT, karena itu sesuai dengan tuntunan akhlak, segala motivasi tindakan (niat) harus mengacu kepada semangat taqwa kepada Allah (Taqwallah).
Karena akhlak berpusat pada taqwa, sedangkan taqwa merupakan asas yang kokoh dan tidak akan pernah berubah lantaran kehendak hawa nafsu, maka akhlak islamiah mempunyai cirri khusus yang membedakannya dari akhlak ciptaan manusia. Cirri tersebut adalah :
  1. Kebajikan yang mutlak
Akhlak yang menjamin adanya kebajikan yang mutlak, karena islam telah menciptakan akhlakulkarimah, baik untuk individu maupun bagi masyarakat disetiap lingkungan dalam setiap kondisi serta waktu.
  1. Kebaikan yang menyeluruh
Norma-norma yang diajarkan oleh akhlak sangat mudah untuk dimengerti dan tidak mengandung kesulitan atau kesukaran, artinya kebaikan yang diajarkan tidak memberatkan dan sesuai dengan kadar dan kemampuan manusia  yang bersifat menyeluruh tanpa membedakan ras dan kebangsaan.
  1. Kemantapan
Nilai kebajikan yang diajarkan oleh akhlak bersifat mutlak dan menyeluruh, juga bersifat permanen, langgeng (tetap dan mantap). Karena akhlak diciptakan oleh Alah SWT yang selalu memelihara kebaikan yang mutlak universal serta langgeng. Hal ini berbeda dengan aturan akhlak ciptaan manusia yang bersifat nisbi (sementara), dan tidak bersih dari kepentingan individu maupun golongan. Akhlak ciptaan manusia selalu berubah dan tidak selalu sesuai dengan kepentingan masyarakat.
  1. Kewajiban yang wajib ditaati
Akhlak Islamiyah bersumber dari akidah serta syariat islam yang wajib ditaati. Ia mempunyai daya kekuatan mengikat yang tinggi, menguasai semua perilaku manusia, lahir maupun batin dan di dalam keadaan suka maupun duka. Kepatuhan dan ketaqwaan kepada Allah mendorong untuk tetap setia kepada ajaran-ajarannya, sekaligus menjadi motivator (pendorong) untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan segala bentuk kedzaliman.
  1. Pengawasan menyeluruh
Taqwa kepada Allah y ang menjadi sumber utama akhlak merupakan pengawas (kontrol) bagi hati nurani dan akal sehat. Islam menghargai hati nurani yang didasarkan oleh iman, islam dan ihsan, bahkan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan berbagai ikhtiar (usaha) dan ketetapan hukum.

1.2.        Tujuan
Dengan disusunnya makalah akhlak ini, diharapkan penyusun memiliki akhlak yang mulia yang sesuai dengan ajaran agama islam yang bersumber dari al-quran dan sunah rasul.
BAB II
ISI
2.1              Pengertian Akhlakulkarimah
Akhlak terpuji adalah suatu aturan atau norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuhan dan alam semesta.
2.2              Macam-macam Akhlakulkarimah
2.2.1        Khusnudzhan kepada Allah
Khusnudzhan kepada Allah adalah kita memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang senantiasa berbuat dan menentukan yang terbaik untuk kehidupan manusia.
Hikmah yang dapat kita ambil dari husnudzhan kepada Allah, yaitu :
a)      Banyak bersyukur kepada Allah
Tulisan arab
b)      Selalu beribadah kepada Allah
a
c)      Tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun
d)     Mencintai Allah SWT dengan cara mencintai perintah-perintah-Nya dan membenci perbuatan yang dilarang-Nya.
e)      Ridho dan ikhlas terhadap qadha dan qadar Allah.
f)       Mentaati, takut dan bertaqwa kepada Allah SWT.
g)      Bertaubat kepada Allah
h)      Selalu mencari keridhaan Allah SWT
i)        Selalu memohon dan berdoa kepada Allah
j)        Meniru sifat-sifat Allah, meneladani asmaul husna yang diterapkan dalam kehidupan
Husnudzhan terhadap sesama manusia yaitu memiliki sifat berprasangka baik terhadap sesama manusia dan jangan memiliki prasangka buruk terhadpa manusia.
2.2.2        Qana’ah
Qana’ah dalam kacamata ilmu akhlak memiliki arti menerima segala naugerah yang diberikan Allah SWT serta bersabar atas ketentuannya besar dan tidak meninggalkan usaha dan ikhtiar lahiriyah.
Orang mempunyai sifat qana’ah akan memiliki pendirian apa yang diperoleh atau apa yang ada pada dirinya adalah sesuai dengan Qadar ketentuan Allah SWT sebagai firman-Nya.

Orang-orang yang bersifat qana’ah ialah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Ia menerima anugerah yang diberikan Allah SWT dan sabar atas ketentuan (ujian, cobaan) yang menimpanya.
b.      Ia meminta tambahan yang layak, berusaha dan tawakal.
c.       Hatinya tidak tertarik (terpedaya) dengan kekayaan duniawi.
2.2.3        Ikhlas
Ikhlas adalah mengerjakan sesuatu perbuatan yang baik tanpa pamrih kecuali hanya karena Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Allah SWT berfirman :
Beramal dengan ikhlas akan menjadikan seseorang bekerja dengan jujur, disiplin dan tanggung jawab, serta sanggup berkorban dalam melaksanakan tugas pekerjaan tersebut.
2.2.4        Sabar
Sabar artinya tahan uji, tahan menderita, menerima apa yang diberikan Allah baik yang berupa nikmat maupun berupa penderitaan.
Orang yang sabar adlaah orang yang memiliki keteguhan dan ketabahan hati dalam usaha mencapai cita-cita. Pantang menyerah terhadap segala rintangan yang menghadangnya dan selalu sabar bahwa setiap cita-cita luhur memerlukan kesabaran (ketabahan). Sabar bukan berarti menyerah ketika mengalami kegagalan tanpa usaha yang maksimal. Akan tetapi ulet dan tahan banting di dalam menghadapi segala rintangan.
Sebagaimana Firman Allah SWT :
2.2.5        Istiqomah
Dalam bahasa Indonesia padanan kata istiqomah adalah kata “taat asas”, yakni selalu taat dan setia kepada asas suatu keyakinan oleh sebab itulah orang yang istiqomah dikatakan juga sebagai orang yang taat asas.
Orang yang berlaku istiqomah disebut juga orang yang mempunyai resiko yang tidak kecil seperti mendapat celaan. Dalam hal ini orang yang istiqomah tidak pernah ragu, walalupun ia menghadapi kesulitan dalam perjuangannya.
2.2.6        Tasammuh
Dalam bahasa Indonesia, kata tasammuh dapat diartikan dengan tenggang rasa, lapang dada atau toleransi. Oleh karena itu orang yang bersifat tasammuh berarti memiliki kelapangan dada, menghormati orang yang berpendapat atau berpendirian lain, tidak mau mengganggu kebebasan berfikir dan orang berkeyakinan lain.
2.2.7        Ikhtiar (Kerja Keras)
Untuk mempertahankan hidup dan kehidupan, manusia dituntut untuk berjuang baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok (kolektif). Tuntutan tersebut berdasarkan fitrah (naluri) kemanusiaan yang tumbuh karena adanya hidayah dari Allah sesuai asas penciptaan-Nya. Sebagai mana Firman Allah SWT :
2.2.8        Berdoa
Yaitu memohon kepada Allah, agar segala yang telah kita lakukan ada dalam ridha Allah SWT dan diqobulkan oleh Allah SWT. Firman Allah :
BAB III
PENUTUP
 3.1 Kesimpulan
Pengertian akhlakul karimah ialah akhlak yang terpuji baik yang langsung terhadap Allah dengan melaksanakan ibadah yang wajib maupun yang sunah, dan melaksanakan hubungan yang baik terhadap sesama manusia yang meliputi antara lain :
1.      Husnudzhan hablumminallah wahablumminannas
2.      Qana’ah yaitu menerima segala pemberian Allah SWT
3.      Ikhlas yaitu melaksanak sesuatu perbuatan yang baik hanya karena Alllah SWT.
4.      Sabar yaitu menerima pemberian dari Allah baik berupa nikmat maupun berupa cobaan.
5.      Istiqomah yaitu teguh pendirian terhadap keyakinannya.
6.      Tasammuh yaiitu memiliki sifat tenggang rasa, lapang dada, dan memiliki sifat toleransi.
7.      Ikhtiar yaitu berusaha atau kerja keras untuk mencapai tujuan
8.      Berdoa yaitu memohon kepada Allah
Allah tidak pernah mendzolimi hambaNYa. Allah adalah segala kebaikan dengan kekayaan Rahman RahimNya. Tidak ada keburukan dan kekurangan atasNya. Maka berhusnudzon adalah kewajiban seorang hamba kepadaNya. Ketika seorang hamba berhusnudzon kepada segala kebaikan Allah SWT, maka akan mendorong untuk melakukan kebaikan. Imam Ibnu Tamiyah memaparkan :
“Telah nampak jelas perbedaan antara husnudzon dengan ghurur (tipuan). Adapun husnudzon, jika ia mengajak dan mendorong beramal, membantu dan membuat rindu padaNya, maka ia benar. Jika mengajak malas dan berkubang dengan maksiat, maka ia ghurur (tipuan). Husnudzon adalah raja’ (pengharapan). Siapa yang pengharapannya mendorongnya untuk taat dan menjauhkannya dari maksiat, maka ia pengharapan yang benar. Sedangkan yang kemalasannya adalah raja’ dan meremehkan perintahNya, maka ia tertipu." (Al-Jawab Al-Kaafi : 24)

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan :
“Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jia ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari”. (HR.Al-Bukhari dan Muslim)

“Sesungguhnya seorang mukmin selalu berhusnudzon kepada Tuhannya lalu ia memperbagus amalnya. Dan sesusungguhnya seorang pendosa berprasangka buruk kepada Tuhannya sehingga ia berbuat yang buruk”. (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Al-Zuhd, hal.402)
“Janganlah salah seorang dari kalian meninggal kecuali ia berhusnudzon kepada Allah SWT”. (HR.Muslim)


No comments:

Post a Comment