a.Debus
Debus berasal dari kabupaten serang. Debus merupakan kesenian yang
asalnya dikembangkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa yang merupakan salah
satu sultan di kerajaan Banten lama. Perlengkapan permainan ini
antara lain, alat semacam gada yang terbuat dari kayu yang gagangnya
runcing terbuat dari besi. Sebagai instrumennya digunakan tiga
buah `terebang gede', bedug atau ketimpring besar yang bergaris
tengah 75 cm dan sepasang gondang.
Cara bermainnya diawali dengan seorang syekh yang dianggap sebagai
pimpinan debus menyiapkan seperangkat sesajen. Benda-benda itu berupa
tujuh macam bunga warna-warni, minyak kelapa dan air jernih serta
setanggi. Kemudian syekh membacakan hadiah kepada para Nabi dan syekh
Almadad serta leluhur dengan diikuti para pelaku, nayaga dan
pengunjung. Selesai membaca doa lalu syekh mengusap-usap alat-alat
permainan, terutama alat gada yang ujungnya runcing. Dan air putih
yang telah diberi doa-doa diberikan kepada para pemain untuk diminum.
Selesai acara itu seluruh nayaga menyanyikan zikir, mula-mula
suaranya lembut, kemudian meningkat keras dan bersemangat. Dan tak
lama dua pemain turun dan mulai beraksi, menari mengikuti irama
tabuhan dan nyanyian sambil membawa gada.
Sampai pada puncak acara, kedua pemain tadi saling menusuk dan
memukul secara bergantian. Biasanya benda runcing itu diletakkan pada
bagian tubuh yang berbahaya. Misalnya diletakkan pada bagian perut,
dada, paha dan anggota tubuh lainnya. Sebagai pertunjukkan selingan
biasanya pemain lain turun ke arena mempertunjukkan kebolehannya
bermain silat dengan senjata tajam.
Atraksi lainnya di sebut taraje golok yang merupakan sala satu
atraksi akrobatik tradisional yang mengagumkan. Permainan ini
menggunakan tangga dari bamboo dengan anak tangganya menggunakan
golok-golok tajam sebagai pijakan.
Cara bermainnya, sebelum para pemain memanjat tangga yang terbuat
dari golok-golok itu, membaca mantera terlebih dahulu. Kemudian
mengusap telapak kaki dan mata golok yang akan dijadikan tempat
pijakan.
Setelah itu para pemain mulai naik ke atas tangga sampai ke
puncaknya, lalu dari atas turun ke bawah dengan demonstrasi kepala di
bagian bawah. Dan pada bagianj akhir pertunjukan bagian perut salah
seorang pemain di tekankan pada bagian mata golok yang tajam.
Walaupun para pemain tidak menggunakan alas kakidan telanjang dada,
tetapi tidak sedikit pun anggota tubuh mereka yang terluka.
Ada lagi permainan sejenis yang di sebut teraje gedang ambon. Jenis
permainan ini juga termasuk akrobatik yang di kombinasikan dengan
sulap. Mirip permainan "teraje golok", hanya bedanya anak tangga yang
di gunakan tidak menggunakan golok, melainkan seluruhnya terdiri dari
pisang ambon yang sudah masak. Tetapi anehnya pisang itu mampu
menahan beban berat badan seorang pemain.
Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan demonstrasi golok dan pisau.
Biasanya dimainkan oleh dua orang secara bergantian. Mula-mula sala
seorang menusuk-nusukan pisaunya sendiri ke bagian tubuhnya sampai
mengeluarkan darah. Kemudian luka itu sembuh sendiri dengan cara
mengusap bagian luka itu. Pertunjukan ini cukup mengerikan, biasanya
penonton wanita menjerit-jerit histeris menyaksikannya.
Demonstrasi berikutnya, pemainitu minta kepada rekannya untuk
membacokkan goloknya ke bagian tubuhnya. Tetapi tidak sedikitpun
anggota tubuh pemain itu yang terluka.
Atraksi kelapa, termasuk salah satu kesenian daerah banten yang
memperlihatkan kehebatan seorang pemain menggunakan giginya yang
kuat. Dan sekaligus pula memperlihatkan gaya permainan sulap mereka.
Biasanya permainan ini di mulai dengan pertunjukan ketangkasan
seorang pemain memanjat pohon kelapa dekat tempat pertunjukan.
Kemudian ia memetik sebutir kelapa dan membawanya dengan menggunakan
giginya. Selanjutnya pemain tadi mengupas sabut kelapa dengan giginya
sampai bersih.
Setelai itu kelapa tadi di belah bagian atasnya dengan sebilah
golok. Tetapi yang keluar bukan air kelapa, melainkan bihun-bihun
panjang ayang bisa dimakan oleh penonton.
Pertunjukan ini bisa di lanjutkan dengan menggoreng telur di atas
kepala. Caranya kelapa yang sudah di lubangi bagian atasnya,
dilubangi lagi bagian bawahnya untuk di jadikan tungku.
Bagian kelapa yang sudah di lubangi itu dimasukan kain atau sabut
kelapa kering yang sudah di basahi oleh minyak tanah. Kemudian di
sulut api dan di atas tungku yang terbuat dari batok kelapa itu di
taruh di atas kepala seorang pemain lainnya yang duduk bersila
menghadap penonton.
Lalu seorang pemain berperan sebagai juru masak, menggoreng telur
dengan menggunakan jari-jarinya sebagai pengganti alat untuk membolak
balik telur goreng dan minyak goreng yang mendidih panas itu seolah-
olah terasa dingin oleh si juru masak amatir.
Kesenian tradisional debus sudah menjadi semacam trade mark daerah
banten yang dianggap sebagai daerah yang penuh pesona. Ada yang
mengatakan bahwa kesenian ini sarat dengan black magic (ilmu hitam),
tetapi sebagian lagi mengatakan white magic (ilmu putih). Semua
pementasan yang dipertontonkan merupakan pelajaran yang diambil dari
ilmu kekebalan yang berasal dari kitab suci Al-quran. Beberapa tahun
yang lalu kesenian ini nyaris punah. Waktu itu yang masih bertahan
hanya 4 grup, masing-masing dari daerah kecamatan walantaka, ciruas,
cikande dan cikeusal. Tetapi dengan perkembangan pariwisata, kesenian
tradisional ini berkembang pesat. Dan acapkali dipentaskan pada acara-
acara penting menyambut tamu agung atau rombongan wisatawan yang
berkunjung ke daerah Banten.
b.Rudat
Rudat berasal dari kabupaten serang yang dahulu merupakan kesenian
yang dibawa oleh bangsa arab sekitar tahun 1888 dalam rangka
penyebaran islam di Banten.
c.Bendrong Lesung
Kesenian ini berasal dari kota cilegon, biasa dilakukan saat acara
panen. Yaitu berbentuk tumbuk padi. Tapi saat ini acara ini juga
tampil tak hanya ketika panen, tapi tampil juga ketika acara
pernikahan dan upacara formal lainnya.
d.Rampak Bedug
Berasal dari kabupaten pandeglang, bedug awalnya merupakan milik
orang hindu namun kemudian diadopsi oleh umat islam dan menjadi alat
yang biasa berada di masjid yang menjadi tanda ketika waktu salat
datang, atau acara lainnya ketika menjelang hari lebaran misalnya.
e.Cokek
Kesenian ini berada di kabupaten Tangerang, sebenarnya berasal dari
betawi yang merupakan campuran dari kesenian sunda dan cina.
Keseniannya berbentuk tarian yang unik.
f.Peking Say
Berada di kota Tangerang, peking say berasal dari negeri cina,
kesenian ini sering ditampilkan bila ada acara-acara festival
kesenian.
g.Dog-Dog Lojor
Berada di kabupaten Lebak, kesenian ini merupakan hasil dari usaha
peleraian dua kerajaan kecil di Banten selatan. Dengan membuat
penampilan dari instrumen enam bamboo dengan delapan pemain yang
saling mengadu lagu dan puisi, sehingga dua kerajaan tadi lupa akan
permusuhannya. Kesenian ini terdiri dari tari Pak Tani, tari Rengkung
Padi,suara gamelan, angklung dogdog lojor dan tari Dogdog.
h.Calung
Berada di kabupaten Tangerang, merupakan alat instrumentasi yang
terbuat dari bamboo dengan nada harmonis. Lima orang menyanyi,
berpantun dan puisi serta melucu pada acara ini.
i.Marawis
Berada di kota Tangerang, kesenian ini berasal dari tradisi muslim
yang dibawa oleh orang-orang Yaman. Merupakan kombinasi dari perkusi
dan alat pengiring yang dimainkan oleh 16-18 pemain musik, penyanyi
dan penari. Saat ini kesenian ini tidak hanya dimainkan untuk
mengiringi prosesi tradisional, tapi sekarang sering tampil sebagai
pentas seni.
j.Wayang Golek
Seni tradisional wayang golek tumbuh, berkembang, dan populer di
daerah Banten bagian selatan. Daerah dimana masyarakatnya menggunakan
bahasa sunda. Hingga saat ini kesenian ini masih cukup digemari. Dan
terkadang di undang bila ada acara nikahan atau sunatan.
k.Ubrug
Ketika saya bertanya kepada seorang bapak di kantor Dinas Kebudayaan
dan pariwisata Propinsi Banten, tentang apakah ubrug ini asli dari
Banten apa bukan, bapak itu menjawab `saya tak berani mengatakan ini
asli banten apa bukan sebab mungkin ini kesenian yang sama dengan
ludruk misalnya di jawa, atau sejenisnya yang berada di daerah lain.
Kenapa disebut ubrug? Sebagian orang mengatakan karena kesenian ini
bercampur baur. Diambil dari bahasa sunda, seubrug-ubrug yang artinya
campur aduk. Sebab kenyataan di pentas antara pemain dengan nayaga
bercampur baur. Namun ada pula yang berpendapat ubrug diambil dari
kata sagebrugna yang artinya apa adanya.
Menurut para pengamat kesenian, kesenian tradisional ubrug termasuk
salah satu lesenian rakyat seperti kosidah, debus dan lain-lain.
Disebut kesenian kesenian rakyat karena kesenian ini hidup ditengah-
tengah masyarakat dan digemari masyarakat. Para pemainnya juga
berasal dari rakyat biasa yang sehari-hari bekerja sebagai petani,
pedagang, buruh kasar dan nelayan jadi tidak satupun dari keluarga
intelek. Jadi boleh dibilang kesenian tradisional ini bukan merupakan
pekerjaan utama, tapi merupakan pekerja sambilan, bila tak ada order
atau panggilan bermain mereka bekerja di bidangnya masing-masing.
Tak seorang pun bisa menceritakan sejarah pertumbuhan kesenian
tradisional ini. Menurut orang tua yang diwariskan turun-menurun,
kesenian ini sudah lama ada dan mereka tidak tahu dari mana asalnya
dan siapa yang memopulerkan kesenian ini. Mereka hanya mendengar dulu
sekitar tahun 1940, sebelum perang dunia ke-II di serang di kenal
dengan ubrug ican, kemudian ubrug jambul dan ubrug sumpena dan
belakangan ada lagi ubrug Mr.kobet yang cukup populer dikalangan
masyarakat.
Berbeda dengan kesenian lain, kesenian ubrug tidak pernah menjual
nama organisasinya, tapi yang selalu dipakai merek dagang adalah
pemimpinnya. Kesenian ini berkembang di kawasan serang timur seperti
walantaka, kragilan, cikande, kopo, pamarayan, cikeusal, carenang
sampai ke pedalaman pandeglang dan rangkasbitung.
l.Reog
Di Banten ada sanggar-sanggar seni tradisional yang mempelajari reog.
Hingga kini kesenian ini terkadang di tampilkan bila ada acara
seperti hajatan.
m.Wayang Kulit
Kesenian wayang kulit yang berada di kabupaten Serang sampai sekarang
belum diketahui dari mana asalnya. Namun, kesenian ini sudah di kenal
luas di kalangan masyarakat sejak kesultanan Banten berdiri. Menurut
catatan sejarah, wayang kulit termasuk salah satu alat komunikasi
dalam penyabaran agama islam di daerah Banten, khususnya kabupaten
Serang. Karena pada itu waktu penduduk masih memeluk agama
hindu/budha, jadi kesenian ini sangat digemari. Apalagi cerita atau
lakon yang dibawakan mengenai cerita-cerita perwayangan, seperti
mahabarata atau Ramayana. Cerita-cerita seperti ini oleh sunan gunung
jati dan putranya sultan maulana hasanudin tekah diubah sedemikian
rupa yang disesuaikan dengan kepentingan penyiaran agama islam pada
masa itu. Seperti cerita tentang jimat kalimosodo (jimat dua kalimat
sahadat) dan wahyu widayat.
Dilihat dari bentuk dan coraknya, wayang kulit di kabupaten Serang
tak beda dengan wayang kulit di Cirebon, persamaan ini karena sunan
gunung jati berasal dari daerah tersebut. Pada zaman kesultanan
Banten, wayang kulit sangat digemari. Hobi masyarakat menonton
kesenian tradisional ini berlangsung hingga tahun 1957. waktu itu
kesenian ini sering dipentaskan di alun-alun Serang dalam rangka
memperingati perayaan hari besar nasional maupun hari besar islam.
Sekarang wayang kulit sudah tidak diminati lagi, kesenian tradisional
ini nyaris punah karena sulit mencari dalang. Sedangkan tokoh-tokoh
kesenian ini termasuk dalangnya tidak mewarisi keturunan.
Pada umumnya daerah penyebaran kesenian tradisional ini hanya di
sekitar daerah Serang Utara yang berbahasa jawa serang.sedangkan
daerah selatan yang berbahasa sunda, penduduk lebih menyukai kesenian
wayang golek. Dulu pementasan wayang kulit cukup di pelataran tanah
lapang yang cukup luas, tidak menggunakan panggung dan penontonnya
mengelilingi arena tempat pertunjukkan. Penerangannya menggunakan
lampu blencong (obor kecil) dan pertunjukkan dimulai setelah waktu
isya hingga menjelang subuh. Pemainnya terdiri dari dalang, yang
bertugas membawakan lakon pewayangan. Kemudian terdapat juru kawih,
wanita yang bertugas sebagai sekar, vokalis yang mengiringi dalang
waktu beraksi. Lalu ada condoli, orang yang tugasnya membantu ki
dalang mengambil tokoh wayang yang akan dimainkan. Lalu ada nayaga
yang tugasnya menabuh gamelan, dan terakhir alok, orang yang bertugas
sebagai wiraswara.
n.Tasyakuran Panen
Ketika panen datang biasanya warga meluapkan rasa syukur dengan
mengadakan syukuran. Syukuran ini dikemas sedemikian rupa hingga
menjadi seni budaya yang cukup menarik.
o.Selamatan Rumah
Selain tasyakuran panen, terkadang warga juga mengadakan syukuran
bila rumah baru di bangun. Biasanya warga di undang untuk hadir dalam
acara ini.
p.Dzikir Saman
Kesenian tradisional ini memiliki penampilan khas, baik dari segi
bentuk maupun seni pertunjukannya. Karena erat kaitannya dengan agama
islam, maka kesenian ini hanya tampil pada saat perayaan besar,
seperti pada maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Tetapi kadang-kadang
pentas juga pada saat khitanan atau kawinan. Menurut keterangan,
kesenian ini berkembang saat ki Saidi dari Lampung membawa sejarah
syech saman sekitar tahun 1953 ke kampung ciseyeg. Bersama penghulu
saneca, penduduk setempat mengembangkan kesenian ini sehingga menjadi
warisan budaya masyarakat di sana.
Rupanya kesenian yang mulanya tumbuh subur di kampung ciseyeg,
kemudian berkembang ke des-desa lain, seperti kampung sidagel, muntur
dan kampung simayeng kecamatan Baros. Kemudian lama-kelamaan
berkembang ke luar daerah kecamatan seperti Walantaka, Petir,
Pamarayan dan Kopo. Para pengamat kesenian tradisional menilai, pada
kesenian ini terdapat pula unsure kesenian sunda di dalamnya. Hal
itu dapat dilihat dari lagu-lagu yang di tampilkan dalam pagelaran.
Misalnya lagu kebo leungit, Buaya miring, idang-idangan dan lain-
lain. Namun semua lagu-lagu baheula itu hanya dibawakan secara
instrumental tanpa vokalis.
Jalannya kesenian tradisional ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
jumlah pemain rata-rata 10-20 orang dan semuanya terdiri dari kaum
pria. Seorang di tunjuk sebagai imam dan 2 atau 3 orang sebagai
pembawa tasjwid atau lagu serta sisanya sebagai alok(pezikir). Mereka
bersahut-sahut dengan gerakan-gerakan ritmis jenaka. Gerakan tersebut
biasa di sebut 3 G, yaitu goyang, gitek dan geol. Yang berbeda dengan
kesenian lain, pada pentas kesenian ini tidak ada keharusan
mengenakan pakaian seragam, tetapi pada umumnya semua pemain
mengenakan pakaian yang bersih dan indah. Sebelim pentas dimulai
biasanya dilakukan sesajen terlebih dahulu. Sesajen itu antara lain
berisi beberapa ikat pisang, beras yang di tempatkan di atas nyiru
dan alasnya daun pisang.
q.Angklung Buhun
Kampung Pulo Gede, Desa Pulo, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang
merupakan asal dari kesenian angklung buhun ini. Kesenian ini boleh
dibilang memilki cirri-ciri yang khas, baik bentuk maupun teknik
pertunjukkannya. Angklung buhun yang ada di desa Pulo Gede semuanya
menggunakan angklung berukuran besar. Jadi tidak seperti angklung
lain yang biasa digunakan dalam musik angklung atau calung.
Kenapa disebut angklung buhun? Karena seperangkat alat kesenian ini
ditemukan sekitar dua abad yang lalu. Angklung ini dianggap oleh
masyarakat setempat memiliki nilai sacral dan juga kekuatan gaib.
Awalnya angklung warisan leluhur ini dinamakan Nyi Mayang Sri.
Kemudian nama itu diganti menjadi Mayang Sari. Sampai saat ini belum
diketahui asal usul dan pencipta kesenian ini. Namun menurut H. Anen
dan Markosim, angklung buhun ini tidak dibuat oleh penduduk setempat,
melainkan hasil temuan secara tidak sengaja dari seseorang yang belum
diketahui namanya. Instrumen kesenian tradisional ini katanya pertama
kali ditemukan pada tahun 1745 terapung-apung di sungai Ciwaka di
atas sebuah rakit yang terbuat dari pohon pisang, jumlahnya sepuluh
buah berikut tiga buah dog-dog lojor. Seperangkat kesenian tersebut
diperkirakan sengaja dihanyutkan oleh seseorang yang berada di hulu
Ciujung, Banten Selatan.
Kemudian, pada tahun 1943 dan tahun 1949 seperangkat alat-alat
kesenian tersebut pernah dikubur di dalam tanah untuk menghindari
dirampas serdadu Belanda dan Jepang. Tetapi anehnya, selama dikubur
di dalam tanah alat kesenian ini tidak rusak. Sejak itu penduduk
percaya bahwa benda tersebut memiliki kekuatan gaib. Karena percaya
bahwa alat kesenian tersebut bukan sembarang angklung maka di simpan
secara hati-hati di dalam kamar khusus. Seperangkat alat kesenian itu
di letakkan di atas ranjang berkelambu dan dipercayakan kepada
seorang kuncen untuk merawatnya. Setiap malam selasa dan malam jumat
angklung karahun itu diberi sesajen berupa kemenyan, kue-kue, rokok
dan kopi.
Menurut catatan penduduk setempat, angklung buhun yang terdapat di
kampung pulo telah mengalami beberapa generasi pimpinan dan kuncen.
Kesenian ini jarang terdapat di daerah lain, kecuali di cisungsang
dan citorek, kecamatan cibeber kabupaten Lebak. Pementasan kesenian
ini biasanya dapat ditonton pada saat panen padi usai atau ada salah
seorang penduduk yang punya nazar dan belakangan dimainkan saat
peringatan HUT kemerdekaan RI.
Pementasan kesenian ini dimainkan oleh sebelas orang, seorang
pimpinan dan sepuluh lainnya memegang alat kesenian. Busana yang
dikenakan sangat menarik. Mereka semuanya laki-laki, mengenakan
pakaian adat berupa baju kampret, celana pangsi dan lomar yang
terbuat dari batik. Sebelum acara pertunjukkan dimulai, diadakan
sesajen terlebih dahulu. Mengambil alat kesenian dari kamar
penyimpanan juga harus melalui upacara dan doa.
r.Gacle
Kesenian Gacle sampai sekarang masih menjadi teka-teki dan belum di
ketahui dari mana asal-usul kesenian ini. Dari hasil penelitian yang
dilakukan tim studi pengembangan seni tradisional Serang tahun 1988,
hanya diketahui kesenian ini tumbuh dan berkembang dari kalangan
rakyat jelata. Salah satu grup kesenian yang cukup populer di Serang
adalah kesenian Gacle yang berasal dari Kampung Panggung, Desa
Kedayakan, Kecamatan Kragilan. Menurut keterangan Madam bin Naim dan
Sugani bin Sukari, kesenian ini awalnya dari permainan anak-anak atau
dodolanan. Biasanya kesenian ini dimainkan pada malam hari saat bulan
purnama atau ketika anak-anak petani sedang menggembala kerbau.
Sementara kerbau gembalaan makan rumput, salah seorang di antara anak
gembala dijadikan gacle.
Berdasarkan catatan sejarah, awalnya permainan ini tidak menggunakan
alat musik. Sebagai ganti suara gamelan, anak-anak sendiri yang
bersuara seperti musik hidup. Wanita yang dijadikan gacle juga dulu
sengaja dibuat kesurupan atau tak sadarkan diri seperti halnya
permainan kuda kepang atau kuda lumping. Kemudian sejak tahun 1953
kesenian gacle mulai berkembang dan disukai masyarakat. Seiring
dengan perkembangan, kemudian kesenian ini dikombinasikan dengan
kesenian ubrug dan patingtung hingga tampilnya lebih menarik.
Menurut para pengamat kesenian tradisional di Serang, kesenian
patingtung hampir terdapat di semua kecamatan tapi kesenian gacle
pada waktu itu hanya terdapat di dua kecamatan saja yaitu kragilan
dan padarincang.
s.Kuda Kepang
Kesenian kuda kepang tak beda dengan kuda lumping yang berasal dari
jawa tengah. Disebut kuda kepang karena pemainnya menggunakan alat
mirip kuda yang dikepang, yaitu lembaran bambu yang di anyam tipis
dan diikat dengan tali. Tetapi tak seorang pun yang tahu dan dapat
menceritakan dari mana asal kesenian ini. Apakah ada kaitannya dengan
kesenian yang ada di jawa tengah? Para pewaris kesenian ini ketika
ditanya tak dapat menjelaskan.
Kesenian tradisional ini sudah sangat langka di Banten, bahkan di
kabupaten Serang hanya tersisa di kecamatan pontang dan Tirtayasa. Di
daerah lain sudah tak muncul lagi karena pemudanya kurang berminat
dengan kesenian ini. Jumlah pemain kesenian ini biasanya mencapai 30
orang yang terdiri dari nayaga dan para pemain. Untuk nayaga, seorang
peniup terompet, dua orang penabuh kendang, dua orang penabuh gong,
seorang penabuh kecrek, dua orang penabuh gong angkep, dan seorang
penggesek rebab batok. Dan untuk pemainnya 5-6 pemain kuda lumping, 5
orang pemain pencak silat, seorang pemain alu, 2 orang pelawak, 5
pemain toya, seorang pemain cabang dan 2 pemain topeng.
t.Patingtung
Patingtung termasuk salah satu kesenian tradisional di daerah Banten
yang digemari masyarakat tua dan muda. Hampir di tiap desa dan
kecamatan di kabupaten Serang kesenian ini tumbuh dan berkembang
mencari identitasnya masing-masing. Tetapi para pecinta kesenian
sampai saat ini belum tahu bersala dari kata apa patingtung itu dan
apa arti sebenarnya? Sementara ada yang mereka-reka dan menganalisa
arti kata patingtung dengan memisahkan menjadi 3 suku kata pa-ting-
tung. Pa berarti sering, ting merupakan suara kendang pertama, dan
tung merupakan suara kendang kedua. Jadi patingtung adalah suara
kendang yang dipukul bersahut-sahutan
ting
tung
ting
tung.
Karena suara kendang terus menerus bersahutan maka kedengarannya
seperti patingtung
patingtung
Mengingat kesenian tradisional ini merupakan warisan budaya turun-
menurun, jadi timbul dongeng kesenian ini muncul pertama kali pada
saat Sultan Maulana Hasanudin mengadu ayam jago dengan Prabu Pucuk
Umum. Konon menurut cerita, ayam jago yang diciptakan Sultan Banten
berasal dari salah seorang santrinya. Sedangkan ayam jago sang Prabu
berasal dari besi dan baja. Masing-masing diberi nama, yang satu
jalak putih dan yang satu jalak rawi. Akhir cerita ayam ciptaan sang
prabu kalah, tetapi nama jalak rawi menjadi nama perkumpulan pencak
silat di Banten yang cukup ternama.
Jumlah setiap grup kesenian ini cukup banyak, yaitu antar 20-30
orang. Semua pemain termasuk nayaga itu laki-laki. Biasanya jumlah
nayaga 8 orang terdiri dari 2 tukang kendang, seorang tukang
terompet, 3 orang tukang gong, seorang tukang ketug, dan seorang
tukang kecrek. Pemain patingtung biasanya menguasai seni bela diri
pencak silat. Mengenai busana yang dikenakan oleh pemain dan nayaga
pada umumnya berwarna hitam atau gelap, yaitu baju kampret, celana
pangsi dan ikat kepala.
u.Wewe
Bila masyarakat betawi di Jakarta sangat akrab dengan kesenian ondel-
ondel, di Serang khususnya kecamatan walantaka masyarakat sangat
mengenal kesenian wewe. Kesenian tradisional ini sudah sangat lama
hidup di tengah-tengah masyarakat desa, tapi siapa pencipta kesenian
ini tdak ada yang tahu. Kenapa dinamakan wewe? Karena bentuknya
menggambarkan sosok seperti makhluk halus yang besar dan menakutkan
disebut wewe. Menurut cerita, dulu penduduk percaya makhluk halus
yang ditakuti anak-anak sering dating menggoda. Pada suatu waktu ada
saja salah seorang keluarga yang kehilangan anaknya. Mereka percaya
anak yang hilang itu dibawa atau disembunyikan wewe di suatu tempat
yang sunyi dan jauh dari keramaian. Untuk mencari anak yang hilang
itu, penduduk setempat harus bersama-sama mencarinya dengan cara
menabuh semua peralatan masak atau perabotan rumah tangga. Penduduk
tua muda, laki dan perempuan membunyikan tetabuhan seperti nyiru,
ember, piring, kaleng dan sebagainya. Dengan cara itu dipercaya anak
yang hilang itu akan segera ditemukan.
Menurut keterangan, kesenian ini bermula dari desa Kiara kecamatan
Walantaka kabupaten Serang. Kemudian berkembang ke kecamatan
tetangganya seperti kragilan, cikande dan pontang. Alat yang
mengiringi pentas wewe antara lain berupa kendang, kempul dan kecrek.
Ukuran wewe yang normal tingginya mencapai 2 meter dan lebarnya 1,35
meter. Bahan baku yang digunakan membuat wewe terdiri dari bambu,
ijuk, kertas, karton, kayu, cat, busana dan assesoris. Dalam
pementasan wewe sekali-kali mengejar-ngejar anak laki-laki yang
nakal.
v.Terumbu
Banten yang dikenal sebagai gudangnya ilmu bela diri senantiasa
menjadi daya tarik pemuda dari luar daerah untuk belajar seni bela
diri di daerah ini. Mereka tidak saja dating dari kota-kota seperti
Jakarta dan Bandung, tetapi diantaranya ada yang berasal dari
mancanegara. Ternyata seni bela diri terumbu yang berasal dari
pesisir utara Banten termasuk seni bela diri yang tertua di Banten.
Menurut catatn sejarah, H.Murid bin KH.Nukaim yang lahir pada tahun
1845 merupakan orang pertama yang mengembangkan seni bela diri ini.
Karena dikembangkan di daerah utara kecamatan Kasemen, daerah
tersebut sampai sekarang di kenal dengan desa Terumbu. Konon Murid,
tokoh yang mengembangkan seni bela diri ini mendapatkan ilmu bela
diri dari seorang pendekar yang bergelar ulama bernama KH Juned
Terumbu.
Kemudian berkat doa restu para sesepuh dan ulama setempat, H Murid
diangkat sebagai jaro murid terumbu dan sekaligus sebagai ketua seni
bela diri Terumbu. Tokoh pendekar ini mendapat gelar KH Sahlan Guru
Besar Terumbu dengan sebutan Pusaka Terumbu.
w.Terebang Gede
Kesenian terebang geda termasuk kesenian karuhun warisan kesultanan
Banten abad ke-XVI. Salah satu grup kesenian terebang gede yang masih
dipelihara sampai sekarang berada di kampung Jati Desa Panggung
Kecamatan Taktakan Serang. Grup kesenian intu disebut Si Mayang Sari
dan sering pentas bila ada hajat atau upacara menyambut tamu agung.
Kesenian ini disebut terebang gede karena salah satu alat kesenian
yang disebut terebang berukuran besar, yaitu diameternya mencapai 57
cm di bagian depan dan 42 cm di bagian belakang dan tebalnya 23 cm.
x.Laes
Ini merupakan termasuk kesenian akrobatik yang berbahaya. Permainan
ini memerlukan pohon yang tinggi atau sebuah menara sebagai alat
bantu merentangkang tembang besar yang akan digunakan sebagai sarana
meluncur. Para pemain yang telah dibekali kemampuan meluncur dari
ketinggian 40-50 meter itu, bisa meluncur dengan kecepatan tinggi
dengan kepala di bawah tanpa alat bantu keselamatan. Kecuali alas
tubuh yang terbuat dari karung goni atau kulit tebal.
Untuk menarik perhatian penonton biasanya para pemain meluncur dengan
membawa obor di kedua tangannya, sehingga tampak seperti orang yang
sedang terbang. Pertunjukkan ini lebih menarik lagi menjelang malam
hari tenggelam. Bila salah seorang mengalami musinah, jatuh dari atas
rentangan tambang, maka tugas pawang sebagai pimpinan pertunjukkan
menyembuhkan. Caranya hanya dengan membasuh kedua telapak tangan
pawang tadi ke bagian kepala pemain. Lalu si pemain siuman dan sembuh
kembali.
y.Zikir Mulud
Seni zikir mulud yang tumbuh dan berkembang di desa Serdang
Kramatwatu Serang, sampai sekarang tetap tidak berubah. Meski telah
beberapa kali mengalami pergantian zaman, namun kesenian yang kental
dengan syiar islam ini tetap dijaga kelestariannya. Dalam pementasan
kesenian tradisional zikir mulud biasanyan tampil sekitar sekitar
seratus orang yang hadir dan rombongan tersebut dibagi menjadi dua
bagian. Masing-masing meiliki tugas sendiri-sendiri, ada kelompok
yang memberi atau membawa soal dalam lafadz-lafadz zikir. Lalu yang
satu sebagai penyampai jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan yang
disampaikan lewat zikir-zikir pula.
Pada puncak acara zikir mulud, setiap warga menyumbangkan makanan
khas berupa nasi besarta lauk-pauk yang dihias dengan bermacam-macam
mainan. Ada yang berbentuk perahu, kapal terbang atau ikan besar.
Semua bentuk indah dan menarik itu tak lain sebagai bukti kecintaan
umat islam terhadap Nabi Muhammad SAW yang dirayakan setahun sekali.
Hiasan khas seperti telur yang dibuat seperti bunga dibuat dari
kertas krep atau kertas manila. Sebuah panjang minimal membutuhkan
bunga-bunga yang terbuat dari telur sebanyak 50-200 buah tergantung
besar kecilnya panjang yang dibuat. Kemudian diberi bendera lembaran
uang kertas dari pecahan terkecil hingga pecahan 100 ribu-an. Sebagai
hiasan tambahan, dilengkapi pula dengan sejadah, kain sarung, jam
dinding, kopiah, sorban dan lain-lain.
Hai, Saya Aulya dari Sobat Budaya. Tahun 2016 kita akan mengadakan Ekspedisi Budaya di Daerah Banten, dan saya tertarik untuk mendatangi beberapa tempat kesenian khas Banten yang Anda tulis di blog ini. Sekiranya Anda tidak keberatan, tolong kirimkan detail dari kesenian diatas (alamat/kontak yg bisa dihubungi) / sumber2 informasi terpercaya mengenai artikel diatas via email kami sobatbudayabanten@gmail.com. Kami tunggu respon positifnya ya. Terima Kasih.
ReplyDeleteMari cintai Indonesia, menginspirasi dunia. -Sobat Budaya-
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete