Wednesday, April 2, 2014

KESENIAN PROVINSI BANTEN

a.Debus
Debus berasal dari kabupaten serang. Debus merupakan kesenian yang 
asalnya dikembangkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa yang merupakan salah 
satu sultan di kerajaan Banten lama. Perlengkapan permainan ini 
antara lain, alat semacam gada yang terbuat dari kayu yang gagangnya 
runcing terbuat dari besi. Sebagai instrumennya digunakan tiga 
buah `terebang gede', bedug atau ketimpring besar yang bergaris 
tengah 75 cm dan sepasang gondang. 
Cara bermainnya diawali dengan seorang syekh yang dianggap sebagai 
pimpinan debus menyiapkan seperangkat sesajen. Benda-benda itu berupa 
tujuh macam bunga warna-warni, minyak kelapa dan air jernih serta 
setanggi. Kemudian syekh membacakan hadiah kepada para Nabi dan syekh 
Almadad serta leluhur dengan diikuti para pelaku, nayaga dan 
pengunjung. Selesai membaca doa lalu syekh mengusap-usap alat-alat 
permainan, terutama alat gada yang ujungnya runcing. Dan air putih 
yang telah diberi doa-doa diberikan kepada para pemain untuk diminum.
Selesai acara itu seluruh nayaga menyanyikan zikir, mula-mula 
suaranya lembut, kemudian meningkat keras dan bersemangat. Dan tak 
lama dua pemain turun dan mulai beraksi, menari mengikuti irama 
tabuhan dan nyanyian sambil membawa gada.
Sampai pada puncak acara, kedua pemain tadi saling menusuk dan 
memukul secara bergantian. Biasanya benda runcing itu diletakkan pada 
bagian tubuh yang berbahaya. Misalnya diletakkan pada bagian perut, 
dada, paha dan anggota tubuh lainnya. Sebagai pertunjukkan selingan 
biasanya pemain lain turun ke arena mempertunjukkan kebolehannya 
bermain silat dengan senjata tajam.
Atraksi lainnya di sebut taraje golok yang merupakan sala satu 
atraksi akrobatik tradisional yang mengagumkan. Permainan ini 
menggunakan tangga dari bamboo dengan anak tangganya menggunakan 
golok-golok tajam sebagai pijakan.
Cara bermainnya, sebelum para pemain memanjat tangga yang terbuat 
dari golok-golok itu, membaca mantera terlebih dahulu. Kemudian 
mengusap telapak kaki dan mata golok yang akan dijadikan tempat 
pijakan.
Setelah itu para pemain mulai naik ke atas tangga sampai ke 
puncaknya, lalu dari atas turun ke bawah dengan demonstrasi kepala di 
bagian bawah. Dan pada bagianj akhir pertunjukan bagian perut salah 
seorang pemain di tekankan pada bagian mata golok yang tajam.
Walaupun para pemain tidak menggunakan alas kakidan telanjang dada, 
tetapi tidak sedikit pun anggota tubuh mereka yang terluka.
Ada lagi permainan sejenis yang di sebut teraje gedang ambon. Jenis 
permainan ini juga termasuk akrobatik yang di kombinasikan dengan 
sulap. Mirip permainan "teraje golok", hanya bedanya anak tangga yang 
di gunakan tidak menggunakan golok, melainkan seluruhnya terdiri dari 
pisang ambon yang sudah masak. Tetapi anehnya pisang itu mampu 
menahan beban berat badan seorang pemain.
Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan demonstrasi golok dan pisau. 
Biasanya dimainkan oleh dua orang secara bergantian. Mula-mula sala 
seorang menusuk-nusukan pisaunya sendiri ke bagian tubuhnya sampai 
mengeluarkan darah. Kemudian luka itu sembuh sendiri dengan cara 
mengusap bagian luka itu. Pertunjukan ini cukup mengerikan, biasanya 
penonton wanita menjerit-jerit histeris menyaksikannya.
Demonstrasi berikutnya, pemainitu minta kepada rekannya untuk 
membacokkan goloknya ke bagian tubuhnya. Tetapi tidak sedikitpun 
anggota tubuh pemain itu yang terluka.
Atraksi kelapa, termasuk salah satu kesenian daerah banten yang 
memperlihatkan kehebatan seorang pemain menggunakan giginya yang 
kuat. Dan sekaligus pula memperlihatkan gaya permainan sulap mereka.
Biasanya permainan ini di mulai dengan pertunjukan ketangkasan 
seorang pemain memanjat pohon kelapa dekat tempat pertunjukan. 
Kemudian ia memetik sebutir kelapa dan membawanya dengan menggunakan 
giginya. Selanjutnya pemain tadi mengupas sabut kelapa dengan giginya 
sampai bersih.
Setelai itu kelapa tadi di belah bagian atasnya dengan sebilah 
golok. Tetapi yang keluar bukan air kelapa, melainkan bihun-bihun 
panjang ayang bisa dimakan oleh penonton.
Pertunjukan ini bisa di lanjutkan dengan menggoreng telur di atas 
kepala. Caranya kelapa yang sudah di lubangi bagian atasnya, 
dilubangi lagi bagian bawahnya untuk di jadikan tungku.
Bagian kelapa yang sudah di lubangi itu dimasukan kain atau sabut 
kelapa kering yang sudah di basahi oleh minyak tanah. Kemudian di 
sulut api dan di atas tungku yang terbuat dari batok kelapa itu di 
taruh di atas kepala seorang pemain lainnya yang duduk bersila 
menghadap penonton.
Lalu seorang pemain berperan sebagai juru masak, menggoreng telur 
dengan menggunakan jari-jarinya sebagai pengganti alat untuk membolak 
balik telur goreng dan minyak goreng yang mendidih panas itu seolah-
olah terasa dingin oleh si juru masak amatir. 
Kesenian tradisional debus sudah menjadi semacam trade mark daerah 
banten yang dianggap sebagai daerah yang penuh pesona. Ada yang 
mengatakan bahwa kesenian ini sarat dengan black magic (ilmu hitam), 
tetapi sebagian lagi mengatakan white magic (ilmu putih). Semua 
pementasan yang dipertontonkan merupakan pelajaran yang diambil dari 
ilmu kekebalan yang berasal dari kitab suci Al-quran. Beberapa tahun 
yang lalu kesenian ini nyaris punah. Waktu itu yang masih bertahan 
hanya 4 grup, masing-masing dari daerah kecamatan walantaka, ciruas, 
cikande dan cikeusal. Tetapi dengan perkembangan pariwisata, kesenian 
tradisional ini berkembang pesat. Dan acapkali dipentaskan pada acara-
acara penting menyambut tamu agung atau rombongan wisatawan yang 
berkunjung ke daerah Banten. 

b.Rudat
Rudat berasal dari kabupaten serang yang dahulu merupakan kesenian 
yang dibawa oleh bangsa arab sekitar tahun 1888 dalam rangka 
penyebaran islam di Banten.

c.Bendrong Lesung
Kesenian ini berasal dari kota cilegon, biasa dilakukan saat acara 
panen. Yaitu berbentuk tumbuk padi. Tapi saat ini acara ini juga 
tampil tak hanya ketika panen, tapi tampil juga ketika acara 
pernikahan dan upacara formal lainnya.

d.Rampak Bedug
Berasal dari kabupaten pandeglang, bedug awalnya merupakan milik 
orang hindu namun kemudian diadopsi oleh umat islam dan menjadi alat 
yang biasa berada di masjid yang menjadi tanda ketika waktu salat 
datang, atau acara lainnya ketika menjelang hari lebaran misalnya.

e.Cokek
Kesenian ini berada di kabupaten Tangerang, sebenarnya berasal dari 
betawi yang merupakan campuran dari kesenian sunda dan cina. 
Keseniannya berbentuk tarian yang unik.

f.Peking Say
Berada di kota Tangerang, peking say berasal dari negeri cina, 
kesenian ini sering ditampilkan bila ada acara-acara festival 
kesenian.

g.Dog-Dog Lojor
Berada di kabupaten Lebak, kesenian ini merupakan hasil dari usaha 
peleraian dua kerajaan kecil di Banten selatan. Dengan membuat 
penampilan dari instrumen enam bamboo dengan delapan pemain yang 
saling mengadu lagu dan puisi, sehingga dua kerajaan tadi lupa akan 
permusuhannya. Kesenian ini terdiri dari tari Pak Tani, tari Rengkung 
Padi,suara gamelan, angklung dogdog lojor dan tari Dogdog.

h.Calung
Berada di kabupaten Tangerang, merupakan alat instrumentasi yang 
terbuat dari bamboo dengan nada harmonis. Lima orang menyanyi, 
berpantun dan puisi serta melucu pada acara ini.

i.Marawis
Berada di kota Tangerang, kesenian ini berasal dari tradisi muslim 
yang dibawa oleh orang-orang Yaman. Merupakan kombinasi dari perkusi 
dan alat pengiring yang dimainkan oleh 16-18 pemain musik, penyanyi 
dan penari. Saat ini kesenian ini tidak hanya dimainkan untuk 
mengiringi prosesi tradisional, tapi sekarang sering tampil sebagai 
pentas seni.

j.Wayang Golek
Seni tradisional wayang golek tumbuh, berkembang, dan populer di 
daerah Banten bagian selatan. Daerah dimana masyarakatnya menggunakan 
bahasa sunda. Hingga saat ini kesenian ini masih cukup digemari. Dan 
terkadang di undang bila ada acara nikahan atau sunatan.

k.Ubrug
Ketika saya bertanya kepada seorang bapak di kantor Dinas Kebudayaan 
dan pariwisata Propinsi Banten, tentang apakah ubrug ini asli dari 
Banten apa bukan, bapak itu menjawab `saya tak berani mengatakan ini 
asli banten apa bukan sebab mungkin ini kesenian yang sama dengan 
ludruk misalnya di jawa, atau sejenisnya yang berada di daerah lain. 
Kenapa disebut ubrug? Sebagian orang mengatakan karena kesenian ini 
bercampur baur. Diambil dari bahasa sunda, seubrug-ubrug yang artinya 
campur aduk. Sebab kenyataan di pentas antara pemain dengan nayaga 
bercampur baur. Namun ada pula yang berpendapat ubrug diambil dari 
kata sagebrugna yang artinya apa adanya. 
Menurut para pengamat kesenian, kesenian tradisional ubrug termasuk 
salah satu lesenian rakyat seperti kosidah, debus dan lain-lain. 
Disebut kesenian kesenian rakyat karena kesenian ini hidup ditengah-
tengah masyarakat dan digemari masyarakat. Para pemainnya juga 
berasal dari rakyat biasa yang sehari-hari bekerja sebagai petani, 
pedagang, buruh kasar dan nelayan jadi tidak satupun dari keluarga 
intelek. Jadi boleh dibilang kesenian tradisional ini bukan merupakan 
pekerjaan utama, tapi merupakan pekerja sambilan, bila tak ada order 
atau panggilan bermain mereka bekerja di bidangnya masing-masing.
Tak seorang pun bisa menceritakan sejarah pertumbuhan kesenian 
tradisional ini. Menurut orang tua yang diwariskan turun-menurun, 
kesenian ini sudah lama ada dan mereka tidak tahu dari mana asalnya 
dan siapa yang memopulerkan kesenian ini. Mereka hanya mendengar dulu 
sekitar tahun 1940, sebelum perang dunia ke-II di serang di kenal 
dengan ubrug ican, kemudian ubrug jambul dan ubrug sumpena dan 
belakangan ada lagi ubrug Mr.kobet yang cukup populer dikalangan 
masyarakat.
Berbeda dengan kesenian lain, kesenian ubrug tidak pernah menjual 
nama organisasinya, tapi yang selalu dipakai merek dagang adalah 
pemimpinnya. Kesenian ini berkembang di kawasan serang timur seperti 
walantaka, kragilan, cikande, kopo, pamarayan, cikeusal, carenang 
sampai ke pedalaman pandeglang dan rangkasbitung.

l.Reog
Di Banten ada sanggar-sanggar seni tradisional yang mempelajari reog. 
Hingga kini kesenian ini terkadang di tampilkan bila ada acara 
seperti hajatan.

m.Wayang Kulit
Kesenian wayang kulit yang berada di kabupaten Serang sampai sekarang 
belum diketahui dari mana asalnya. Namun, kesenian ini sudah di kenal 
luas di kalangan masyarakat sejak kesultanan Banten berdiri. Menurut 
catatan sejarah, wayang kulit termasuk salah satu alat komunikasi 
dalam penyabaran agama islam di daerah Banten, khususnya kabupaten 
Serang. Karena pada itu waktu penduduk masih memeluk agama 
hindu/budha, jadi kesenian ini sangat digemari. Apalagi cerita atau 
lakon yang dibawakan mengenai cerita-cerita perwayangan, seperti 
mahabarata atau Ramayana. Cerita-cerita seperti ini oleh sunan gunung 
jati dan putranya sultan maulana hasanudin tekah diubah sedemikian 
rupa yang disesuaikan dengan kepentingan penyiaran agama islam pada 
masa itu. Seperti cerita tentang jimat kalimosodo (jimat dua kalimat 
sahadat) dan wahyu widayat.
Dilihat dari bentuk dan coraknya, wayang kulit di kabupaten Serang 
tak beda dengan wayang kulit di Cirebon, persamaan ini karena sunan 
gunung jati berasal dari daerah tersebut. Pada zaman kesultanan 
Banten, wayang kulit sangat digemari. Hobi masyarakat menonton 
kesenian tradisional ini berlangsung hingga tahun 1957. waktu itu 
kesenian ini sering dipentaskan di alun-alun Serang dalam rangka 
memperingati perayaan hari besar nasional maupun hari besar islam. 
Sekarang wayang kulit sudah tidak diminati lagi, kesenian tradisional 
ini nyaris punah karena sulit mencari dalang. Sedangkan tokoh-tokoh 
kesenian ini termasuk dalangnya tidak mewarisi keturunan. 
Pada umumnya daerah penyebaran kesenian tradisional ini hanya di 
sekitar daerah Serang Utara yang berbahasa jawa serang.sedangkan 
daerah selatan yang berbahasa sunda, penduduk lebih menyukai kesenian 
wayang golek. Dulu pementasan wayang kulit cukup di pelataran tanah 
lapang yang cukup luas, tidak menggunakan panggung dan penontonnya 
mengelilingi arena tempat pertunjukkan. Penerangannya menggunakan 
lampu blencong (obor kecil) dan pertunjukkan dimulai setelah waktu 
isya hingga menjelang subuh. Pemainnya terdiri dari dalang, yang 
bertugas membawakan lakon pewayangan. Kemudian terdapat juru kawih, 
wanita yang bertugas sebagai sekar, vokalis yang mengiringi dalang 
waktu beraksi. Lalu ada condoli, orang yang tugasnya membantu ki 
dalang mengambil tokoh wayang yang akan dimainkan. Lalu ada nayaga 
yang tugasnya menabuh gamelan, dan terakhir alok, orang yang bertugas 
sebagai wiraswara. 

n.Tasyakuran Panen
Ketika panen datang biasanya warga meluapkan rasa syukur dengan 
mengadakan syukuran. Syukuran ini dikemas sedemikian rupa hingga 
menjadi seni budaya yang cukup menarik.

o.Selamatan Rumah
Selain tasyakuran panen, terkadang warga juga mengadakan syukuran 
bila rumah baru di bangun. Biasanya warga di undang untuk hadir dalam 
acara ini.

p.Dzikir Saman
Kesenian tradisional ini memiliki penampilan khas, baik dari segi 
bentuk maupun seni pertunjukannya. Karena erat kaitannya dengan agama 
islam, maka kesenian ini hanya tampil pada saat perayaan besar, 
seperti pada maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Tetapi kadang-kadang 
pentas juga pada saat khitanan atau kawinan. Menurut keterangan, 
kesenian ini berkembang saat ki Saidi dari Lampung membawa sejarah 
syech saman sekitar tahun 1953 ke kampung ciseyeg. Bersama penghulu 
saneca, penduduk setempat mengembangkan kesenian ini sehingga menjadi 
warisan budaya masyarakat di sana.
Rupanya kesenian yang mulanya tumbuh subur di kampung ciseyeg, 
kemudian berkembang ke des-desa lain, seperti kampung sidagel, muntur 
dan kampung simayeng kecamatan Baros. Kemudian lama-kelamaan 
berkembang ke luar daerah kecamatan seperti Walantaka, Petir, 
Pamarayan dan Kopo. Para pengamat kesenian tradisional menilai, pada 
kesenian ini terdapat pula unsure kesenian sunda di dalamnya. Hal 
itu dapat dilihat dari lagu-lagu yang di tampilkan dalam pagelaran. 
Misalnya lagu kebo leungit, Buaya miring, idang-idangan dan lain-
lain. Namun semua lagu-lagu baheula itu hanya dibawakan secara 
instrumental tanpa vokalis.
Jalannya kesenian tradisional ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 
jumlah pemain rata-rata 10-20 orang dan semuanya terdiri dari kaum 
pria. Seorang di tunjuk sebagai imam dan 2 atau 3 orang sebagai 
pembawa tasjwid atau lagu serta sisanya sebagai alok(pezikir). Mereka 
bersahut-sahut dengan gerakan-gerakan ritmis jenaka. Gerakan tersebut 
biasa di sebut 3 G, yaitu goyang, gitek dan geol. Yang berbeda dengan 
kesenian lain, pada pentas kesenian ini tidak ada keharusan 
mengenakan pakaian seragam, tetapi pada umumnya semua pemain 
mengenakan pakaian yang bersih dan indah. Sebelim pentas dimulai 
biasanya dilakukan sesajen terlebih dahulu. Sesajen itu antara lain 
berisi beberapa ikat pisang, beras yang di tempatkan di atas nyiru 
dan alasnya daun pisang.

q.Angklung Buhun
Kampung Pulo Gede, Desa Pulo, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang 
merupakan asal dari kesenian angklung buhun ini. Kesenian ini boleh 
dibilang memilki cirri-ciri yang khas, baik bentuk maupun teknik 
pertunjukkannya. Angklung buhun yang ada di desa Pulo Gede semuanya 
menggunakan angklung berukuran besar. Jadi tidak seperti angklung 
lain yang biasa digunakan dalam musik angklung atau calung. 
Kenapa disebut angklung buhun? Karena seperangkat alat kesenian ini 
ditemukan sekitar dua abad yang lalu. Angklung ini dianggap oleh 
masyarakat setempat memiliki nilai sacral dan juga kekuatan gaib. 
Awalnya angklung warisan leluhur ini dinamakan Nyi Mayang Sri. 
Kemudian nama itu diganti menjadi Mayang Sari. Sampai saat ini belum 
diketahui asal usul dan pencipta kesenian ini. Namun menurut H. Anen 
dan Markosim, angklung buhun ini tidak dibuat oleh penduduk setempat, 
melainkan hasil temuan secara tidak sengaja dari seseorang yang belum 
diketahui namanya. Instrumen kesenian tradisional ini katanya pertama 
kali ditemukan pada tahun 1745 terapung-apung di sungai Ciwaka di 
atas sebuah rakit yang terbuat dari pohon pisang, jumlahnya sepuluh 
buah berikut tiga buah dog-dog lojor. Seperangkat kesenian tersebut 
diperkirakan sengaja dihanyutkan oleh seseorang yang berada di hulu 
Ciujung, Banten Selatan.
Kemudian, pada tahun 1943 dan tahun 1949 seperangkat alat-alat 
kesenian tersebut pernah dikubur di dalam tanah untuk menghindari 
dirampas serdadu Belanda dan Jepang. Tetapi anehnya, selama dikubur 
di dalam tanah alat kesenian ini tidak rusak. Sejak itu penduduk 
percaya bahwa benda tersebut memiliki kekuatan gaib. Karena percaya 
bahwa alat kesenian tersebut bukan sembarang angklung maka di simpan 
secara hati-hati di dalam kamar khusus. Seperangkat alat kesenian itu 
di letakkan di atas ranjang berkelambu dan dipercayakan kepada 
seorang kuncen untuk merawatnya. Setiap malam selasa dan malam jumat 
angklung karahun itu diberi sesajen berupa kemenyan, kue-kue, rokok 
dan kopi.
Menurut catatan penduduk setempat, angklung buhun yang terdapat di 
kampung pulo telah mengalami beberapa generasi pimpinan dan kuncen. 
Kesenian ini jarang terdapat di daerah lain, kecuali di cisungsang 
dan citorek, kecamatan cibeber kabupaten Lebak. Pementasan kesenian 
ini biasanya dapat ditonton pada saat panen padi usai atau ada salah 
seorang penduduk yang punya nazar dan belakangan dimainkan saat 
peringatan HUT kemerdekaan RI.
Pementasan kesenian ini dimainkan oleh sebelas orang, seorang 
pimpinan dan sepuluh lainnya memegang alat kesenian. Busana yang 
dikenakan sangat menarik. Mereka semuanya laki-laki, mengenakan 
pakaian adat berupa baju kampret, celana pangsi dan lomar yang 
terbuat dari batik. Sebelum acara pertunjukkan dimulai, diadakan 
sesajen terlebih dahulu. Mengambil alat kesenian dari kamar 
penyimpanan juga harus melalui upacara dan doa.

r.Gacle
Kesenian Gacle sampai sekarang masih menjadi teka-teki dan belum di 
ketahui dari mana asal-usul kesenian ini. Dari hasil penelitian yang 
dilakukan tim studi pengembangan seni tradisional Serang tahun 1988, 
hanya diketahui kesenian ini tumbuh dan berkembang dari kalangan 
rakyat jelata. Salah satu grup kesenian yang cukup populer di Serang 
adalah kesenian Gacle yang berasal dari Kampung Panggung, Desa 
Kedayakan, Kecamatan Kragilan. Menurut keterangan Madam bin Naim dan 
Sugani bin Sukari, kesenian ini awalnya dari permainan anak-anak atau 
dodolanan. Biasanya kesenian ini dimainkan pada malam hari saat bulan 
purnama atau ketika anak-anak petani sedang menggembala kerbau. 
Sementara kerbau gembalaan makan rumput, salah seorang di antara anak 
gembala dijadikan gacle.
Berdasarkan catatan sejarah, awalnya permainan ini tidak menggunakan 
alat musik. Sebagai ganti suara gamelan, anak-anak sendiri yang 
bersuara seperti musik hidup. Wanita yang dijadikan gacle juga dulu 
sengaja dibuat kesurupan atau tak sadarkan diri seperti halnya 
permainan kuda kepang atau kuda lumping. Kemudian sejak tahun 1953 
kesenian gacle mulai berkembang dan disukai masyarakat. Seiring 
dengan perkembangan, kemudian kesenian ini dikombinasikan dengan 
kesenian ubrug dan patingtung hingga tampilnya lebih menarik.
Menurut para pengamat kesenian tradisional di Serang, kesenian 
patingtung hampir terdapat di semua kecamatan tapi kesenian gacle 
pada waktu itu hanya terdapat di dua kecamatan saja yaitu kragilan 
dan padarincang. 

s.Kuda Kepang
Kesenian kuda kepang tak beda dengan kuda lumping yang berasal dari 
jawa tengah. Disebut kuda kepang karena pemainnya menggunakan alat 
mirip kuda yang dikepang, yaitu lembaran bambu yang di anyam tipis 
dan diikat dengan tali. Tetapi tak seorang pun yang tahu dan dapat 
menceritakan dari mana asal kesenian ini. Apakah ada kaitannya dengan 
kesenian yang ada di jawa tengah? Para pewaris kesenian ini ketika 
ditanya tak dapat menjelaskan. 
Kesenian tradisional ini sudah sangat langka di Banten, bahkan di 
kabupaten Serang hanya tersisa di kecamatan pontang dan Tirtayasa. Di 
daerah lain sudah tak muncul lagi karena pemudanya kurang berminat 
dengan kesenian ini. Jumlah pemain kesenian ini biasanya mencapai 30 
orang yang terdiri dari nayaga dan para pemain. Untuk nayaga, seorang 
peniup terompet, dua orang penabuh kendang, dua orang penabuh gong, 
seorang penabuh kecrek, dua orang penabuh gong angkep, dan seorang 
penggesek rebab batok. Dan untuk pemainnya 5-6 pemain kuda lumping, 5 
orang pemain pencak silat, seorang pemain alu, 2 orang pelawak, 5 
pemain toya, seorang pemain cabang dan 2 pemain topeng. 

t.Patingtung
Patingtung termasuk salah satu kesenian tradisional di daerah Banten 
yang digemari masyarakat tua dan muda. Hampir di tiap desa dan 
kecamatan di kabupaten Serang kesenian ini tumbuh dan berkembang 
mencari identitasnya masing-masing. Tetapi para pecinta kesenian 
sampai saat ini belum tahu bersala dari kata apa patingtung itu dan 
apa arti sebenarnya? Sementara ada yang mereka-reka dan menganalisa 
arti kata patingtung dengan memisahkan menjadi 3 suku kata pa-ting-
tung. Pa berarti sering, ting merupakan suara kendang pertama, dan 
tung merupakan suara kendang kedua. Jadi patingtung adalah suara 
kendang yang dipukul bersahut-sahutan …ting …tung …ting … tung. 
Karena suara kendang terus menerus bersahutan maka kedengarannya 
seperti patingtung…patingtung…
Mengingat kesenian tradisional ini merupakan warisan budaya turun-
menurun, jadi timbul dongeng kesenian ini muncul pertama kali pada 
saat Sultan Maulana Hasanudin mengadu ayam jago dengan Prabu Pucuk 
Umum. Konon menurut cerita, ayam jago yang diciptakan Sultan Banten 
berasal dari salah seorang santrinya. Sedangkan ayam jago sang Prabu 
berasal dari besi dan baja. Masing-masing diberi nama, yang satu 
jalak putih dan yang satu jalak rawi. Akhir cerita ayam ciptaan sang 
prabu kalah, tetapi nama jalak rawi menjadi nama perkumpulan pencak 
silat di Banten yang cukup ternama.
Jumlah setiap grup kesenian ini cukup banyak, yaitu antar 20-30 
orang. Semua pemain termasuk nayaga itu laki-laki. Biasanya jumlah 
nayaga 8 orang terdiri dari 2 tukang kendang, seorang tukang 
terompet, 3 orang tukang gong, seorang tukang ketug, dan seorang 
tukang kecrek. Pemain patingtung biasanya menguasai seni bela diri 
pencak silat. Mengenai busana yang dikenakan oleh pemain dan nayaga 
pada umumnya berwarna hitam atau gelap, yaitu baju kampret, celana 
pangsi dan ikat kepala. 

u.Wewe
Bila masyarakat betawi di Jakarta sangat akrab dengan kesenian ondel-
ondel, di Serang khususnya kecamatan walantaka masyarakat sangat 
mengenal kesenian wewe. Kesenian tradisional ini sudah sangat lama 
hidup di tengah-tengah masyarakat desa, tapi siapa pencipta kesenian 
ini tdak ada yang tahu. Kenapa dinamakan wewe? Karena bentuknya 
menggambarkan sosok seperti makhluk halus yang besar dan menakutkan 
disebut wewe. Menurut cerita, dulu penduduk percaya makhluk halus 
yang ditakuti anak-anak sering dating menggoda. Pada suatu waktu ada 
saja salah seorang keluarga yang kehilangan anaknya. Mereka percaya 
anak yang hilang itu dibawa atau disembunyikan wewe di suatu tempat 
yang sunyi dan jauh dari keramaian. Untuk mencari anak yang hilang 
itu, penduduk setempat harus bersama-sama mencarinya dengan cara 
menabuh semua peralatan masak atau perabotan rumah tangga. Penduduk 
tua muda, laki dan perempuan membunyikan tetabuhan seperti nyiru, 
ember, piring, kaleng dan sebagainya. Dengan cara itu dipercaya anak 
yang hilang itu akan segera ditemukan.
Menurut keterangan, kesenian ini bermula dari desa Kiara kecamatan 
Walantaka kabupaten Serang. Kemudian berkembang ke kecamatan 
tetangganya seperti kragilan, cikande dan pontang. Alat yang 
mengiringi pentas wewe antara lain berupa kendang, kempul dan kecrek. 
Ukuran wewe yang normal tingginya mencapai 2 meter dan lebarnya 1,35 
meter. Bahan baku yang digunakan membuat wewe terdiri dari bambu, 
ijuk, kertas, karton, kayu, cat, busana dan assesoris. Dalam 
pementasan wewe sekali-kali mengejar-ngejar anak laki-laki yang 
nakal. 

v.Terumbu
Banten yang dikenal sebagai gudangnya ilmu bela diri senantiasa 
menjadi daya tarik pemuda dari luar daerah untuk belajar seni bela 
diri di daerah ini. Mereka tidak saja dating dari kota-kota seperti 
Jakarta dan Bandung, tetapi diantaranya ada yang berasal dari 
mancanegara. Ternyata seni bela diri terumbu yang berasal dari 
pesisir utara Banten termasuk seni bela diri yang tertua di Banten. 
Menurut catatn sejarah, H.Murid bin KH.Nukaim yang lahir pada tahun 
1845 merupakan orang pertama yang mengembangkan seni bela diri ini. 
Karena dikembangkan di daerah utara kecamatan Kasemen, daerah 
tersebut sampai sekarang di kenal dengan desa Terumbu. Konon Murid, 
tokoh yang mengembangkan seni bela diri ini mendapatkan ilmu bela 
diri dari seorang pendekar yang bergelar ulama bernama KH Juned 
Terumbu.
Kemudian berkat doa restu para sesepuh dan ulama setempat, H Murid 
diangkat sebagai jaro murid terumbu dan sekaligus sebagai ketua seni 
bela diri Terumbu. Tokoh pendekar ini mendapat gelar KH Sahlan Guru 
Besar Terumbu dengan sebutan Pusaka Terumbu.

w.Terebang Gede
Kesenian terebang geda termasuk kesenian karuhun warisan kesultanan 
Banten abad ke-XVI. Salah satu grup kesenian terebang gede yang masih 
dipelihara sampai sekarang berada di kampung Jati Desa Panggung 
Kecamatan Taktakan Serang. Grup kesenian intu disebut Si Mayang Sari 
dan sering pentas bila ada hajat atau upacara menyambut tamu agung. 
Kesenian ini disebut terebang gede karena salah satu alat kesenian 
yang disebut terebang berukuran besar, yaitu diameternya mencapai 57 
cm di bagian depan dan 42 cm di bagian belakang dan tebalnya 23 cm.

x.Laes
Ini merupakan termasuk kesenian akrobatik yang berbahaya. Permainan 
ini memerlukan pohon yang tinggi atau sebuah menara sebagai alat 
bantu merentangkang tembang besar yang akan digunakan sebagai sarana 
meluncur. Para pemain yang telah dibekali kemampuan meluncur dari 
ketinggian 40-50 meter itu, bisa meluncur dengan kecepatan tinggi 
dengan kepala di bawah tanpa alat bantu keselamatan. Kecuali alas 
tubuh yang terbuat dari karung goni atau kulit tebal.
Untuk menarik perhatian penonton biasanya para pemain meluncur dengan 
membawa obor di kedua tangannya, sehingga tampak seperti orang yang 
sedang terbang. Pertunjukkan ini lebih menarik lagi menjelang malam 
hari tenggelam. Bila salah seorang mengalami musinah, jatuh dari atas 
rentangan tambang, maka tugas pawang sebagai pimpinan pertunjukkan 
menyembuhkan. Caranya hanya dengan membasuh kedua telapak tangan 
pawang tadi ke bagian kepala pemain. Lalu si pemain siuman dan sembuh 
kembali.

y.Zikir Mulud
Seni zikir mulud yang tumbuh dan berkembang di desa Serdang 
Kramatwatu Serang, sampai sekarang tetap tidak berubah. Meski telah 
beberapa kali mengalami pergantian zaman, namun kesenian yang kental 
dengan syiar islam ini tetap dijaga kelestariannya. Dalam pementasan 
kesenian tradisional zikir mulud biasanyan tampil sekitar sekitar 
seratus orang yang hadir dan rombongan tersebut dibagi menjadi dua 
bagian. Masing-masing meiliki tugas sendiri-sendiri, ada kelompok 
yang memberi atau membawa soal dalam lafadz-lafadz zikir. Lalu yang 
satu sebagai penyampai jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan yang 
disampaikan lewat zikir-zikir pula.
Pada puncak acara zikir mulud, setiap warga menyumbangkan makanan 
khas berupa nasi besarta lauk-pauk yang dihias dengan bermacam-macam 
mainan. Ada yang berbentuk perahu, kapal terbang atau ikan besar. 
Semua bentuk indah dan menarik itu tak lain sebagai bukti kecintaan 
umat islam terhadap Nabi Muhammad SAW yang dirayakan setahun sekali.
Hiasan khas seperti telur yang dibuat seperti bunga dibuat dari 
kertas krep atau kertas manila. Sebuah panjang minimal membutuhkan 
bunga-bunga yang terbuat dari telur sebanyak 50-200 buah tergantung 
besar kecilnya panjang yang dibuat. Kemudian diberi bendera lembaran 
uang kertas dari pecahan terkecil hingga pecahan 100 ribu-an. Sebagai 
hiasan tambahan, dilengkapi pula dengan sejadah, kain sarung, jam 
dinding, kopiah, sorban dan lain-lain.

2 comments:

  1. Hai, Saya Aulya dari Sobat Budaya. Tahun 2016 kita akan mengadakan Ekspedisi Budaya di Daerah Banten, dan saya tertarik untuk mendatangi beberapa tempat kesenian khas Banten yang Anda tulis di blog ini. Sekiranya Anda tidak keberatan, tolong kirimkan detail dari kesenian diatas (alamat/kontak yg bisa dihubungi) / sumber2 informasi terpercaya mengenai artikel diatas via email kami sobatbudayabanten@gmail.com. Kami tunggu respon positifnya ya. Terima Kasih.
    Mari cintai Indonesia, menginspirasi dunia. -Sobat Budaya-

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete